IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan aktivitas Gunung Merapi masih tinggi setelah memasuki masa erupsi efusif sejak 4 Januari 2021.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan guguran awan panas dan erupsi eksplosif masih mungkin terjadi di Gunung Merapi.
Tingginya aktivitas Gunung Merapi terlihat dengan kejadian guguran awan panas yang mencapai 52 kali dalam sehari pada Rabu.
Berdasarkan pemantauan udara BPPTKG menggunakan drone di puncak Gunung Merapi, jarak luncur awan panas paling jauh pada hari itu mencapai 3,5 kilometer.
“Jarak luncur awan panas guguran masih dalam rekomendasi jarak bahaya yang telah ditetapkan, yaitu maksimum 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi,” kata Hanik melalui siaran pers, Jumat.
Sedangkan potensi bahaya akibat erupsi eksplosif diprediksi berupa lontaran material vulkanik dengan jarak 3 kilometer dari puncak.
Hanik mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut mengingat awanpanas guguran dan lahar hujan dapat terjadi sewaktu-waktu.
“BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera kami tinjau kembali,” ujar dia.
Sementara itu, puluhan warga Dusun Kalitengah Lor Sleman kembali ke rumah mereka pada Jumat, setelah mengungsi akibat tingginya aktivitas Merapi pada Rabu. Mereka diminta tetap waspada dan bersedia apabila sewaktu-waktu harus dievakuasi.
Sebelumnya, BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi ke level 3 ata Siaga pada 5 November 2020 dan menyebabkan lebih dari seribu penduduk di Kabupaten Sleman, Boyolali, Magelang, dan Klaten sempat mengungsi.