IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pengusaha wanita asal Saudi, Zulekha Al-Kaabi, memulai usahanya membuka perkebunan pisang di Damad, di Jazan, Arab Saudi selatan. Lebih dari 100 ribu pohon pisang ditanam. Diharapkan dari perkebunan tersebut bisa memproduksi hingga 20 ton pisang.
"Proyek-proyek ini akan menjamin kecukupan lokal, selain menciptakan keseimbangan ekonomi," kata Al-Kaabi dilansir di Arab News, Rabu (17/2). Ia menambahkan, proyek tersebut serupa dengan perkebunan pisang di Ekuador, tetapi dibudidayakan langsung oleh tangan Saudi.
Proyek ini telah diluncurkan setahun lalu. Bagian yang digarap saat ini menempati lahan sekitar 500 ribu meter persegi. Ia menyebut proyek ini fokus pada budidaya pisang dan pepaya.
Berbeda dengan pisang biasanya yang berwarna kuning, Al-Kaabi mencoba untuk menanam pisang merah. Ia menyebut pisang merah mulai bisa diproduksi sekitar dua bulan lagi. Tak berhenti di situ, ia juga sedang melakukan persiapan untuk budidaya pisang biru.
"Pisang nantinya dipanen saat sudah hijau. Setelah tahap pengisian buah, mereka ditempatkan di lemari pendingin pendingin selama 24 jam sebelum disemprot dengan gas etilen selama 24 jam lagi. Gas membantu proses pematangan. Pisang kemudian didinginkan sampai menguning," kata dia.
Sebelumnya, ia mengatakan ada lubang-lubang besar sebagai tempat diletakkannya daun pisang. Pisang kemudian ditempatkan di atas daun dan ditutup sampai hari berikutnya, dengan tujuan memberikan suhu dan gas yang sesuai untuk pematangan. Namun, metode ini tidak diperlukan untuk saat ini, seiring dengan kemajuan industri.
Budidaya pisang dipercaya memiliki keuntungan ekonomi yang sangat baik. Buah-buahan tropis bisa diproduksi setiap hari selama enam bulan, dengan keuntungan mencapai SR 12 juta riyal Saudi atau setara Rp 45 milyar per tahun.
Al-Kaabi mengatakan perjalanannya ke seluruh dunia dan pengalamannya dalam budidaya perikanan menyempurnakan pemikiran ekonominya.
Setelah berhasil menanam stroberi di sebuah pertanian di Makkah, dia memutuskan pisang akan menjadi produk terbaik untuk dibudidayakan saat ini. Ia menambahkan, iklim Jazan mirip dengan Kenya dan Uganda.
Salah satu tantangan terbesar pengusaha wanita dalam memulai proyeknya adalah kurangnya pengorganisasian di bidang pertanian. Selain itu, ia mengakui ada keterbatasan peluang bagi orang Saudi, mulai dari bertani hingga ke outlet penjualan, karena kehadiran pekerja asing.
Untuk menjalankan usaha penanaman pisang ini, Al-Kaabi telah menyewa area yang luas di Jazan selama 20 tahun. Setiap pohon dan peralatan pertanian akan diberikan kepada pemilik pertanian di akhir periode, bersama dengan pabrik pengemasan, jalur produksi dan mesinnya.
Tujuan Al-Kaabi menjalankan usaha ini bukan hanya untuk pendapatan finansial. Dia berusaha untuk melayani semua petani di Jazan.
"Mereka menjual produk di bawah harga rata-rata dan tidak dapat menutupi kerugian. Sementara, produk yang sama bisa dijual dengan harga yang sangat besar," kata dia.