IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) mengingatkan pentingnya mendorong kemampuan masyarakat dalam berwakaf. Untuk itu, menurutnya, ekonomi umat Islam harus ditingkatkan agar punya kemampuan berwakaf.
"Yang pertama harus ditingkatkan ialah bagaimana orang mampu berwakaf, bukan bagaimana berwakaf, tapi mampu berwakaf. Semua itu tidak mungkin terjadi jika keadaan ekonomi umat (Islam) tidak sebaik ekonomi masyarakat agama lain yang sebagian besar dimiliki oleh teman-teman orang Tionghoa," tutur dia dalam agenda 'Launching dan Seminar Internasional Mawarith Linked Waqf' yang digelar oleh International Centre for Awqaf Studies (ICAST) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Selasa (9/3).
JK mengatakan, sebetulnya wakaf sendiri telah tumbuh di tengah masyarakat sejak lama. Misalnya banyak masjid, pesantren, panti asuhan, dan rumah sakit Islam yang ada selama ini dibangun dengan wakaf. Masyarakat cenderung lebih ingin harta yang diwakafkan itu dirasakan, dibuktikan sendiri dan bermanfaat langsung di lingkungannya.
"Itu sifat kita semua. Sama juga dengan zakat, infak dan sedekah, lebih banyak seperti itu, memang cukup efektif. Tanpa zakat, infak dan sedekah, tentu umat ini tidak akan punya sekolah, rumah sakit, masjid, dan mushala yang banyak," ucapnya.
Meski begitu, menurut JK, hal yang paling penting saat ini adalah bagaimana meningkatkan ekonomi umat Islam agar memiliki harta yang bisa untuk diwakafkan. "Artinya bagaimana umat kita naik tingkat, dari yang kurang mampu menjadi mampu, dari yang mampu menjadi kaya. Jadi wakif ini perlu tumbuh banyak di masyarakat," tutur dia.
JK melanjutkan, meski memiliki instansi badan wakaf yang efektif sekalipun, tetapi ekonomi umat Islam masih tidak seimbang dengan ekonomi umat lain, tentu wakaf sulit berkembang. "Sama dengan zakat, tentu penting. Tetapi yang selalu kita bicarakan itu potensinya, dan realisasinya tidak sebanyak itu," ujarnya.
Hal penting berikutnya selain meningkatkan ekonomi umat Islam terlebih dulu, menurut JK adalah memperbaiki administrasi perwakafan. Nadzir harus menjadi bagian utama untuk memperoleh pengetahuan, pendidikan, dan yang tidak kalah pentingnya yakni kejujuran karena ini amanah.
JK menjelaskan, wakaf harus terorganisasi dengan baik karena banyak pengalaman di mana ada orang tua yang hanya berwakaf secara lisan. Lalu begitu yang bersangkutan meninggal dunia, ahli warisnya menuntut sampai akhirnya harta tersebut dikembalikan dan tidak diwakafkan. Karena itu, di sinilah pentingnya pencatatan yang baik.
"Mengenai ahli waris, ini juga tentu kemungkinan besar, tergantung keadaan keluarga itu, kalau keluarga itu berkecukupan dan mudah diatur, tentu ahli warisnya mewakafkan. Tetapi kalau kemampuannya terbatas, yang terjadi justru pertengkaran," tuturnya.
JK juga bicara soal wakaf uang yang membuat sekarang ini banyak didirikan bank wakaf di pesantren. Dia mengingatkan, bank wakaf butuh pengorganisasian yang maksimal karena dulu banyak bank syariah kecil yang tidak berjalan baik. "Jadi ini perlu perhatian, tidak perlu bikin banyak bank, tetapi harus bikin yang bermanfaat dan besar," imbuhnya.