IHRAM.CO.ID, LONDON -- Jutaan Muslim di seluruh dunia saat ini tengah menjalankan puasa Ramadhan. Pada bulan ini juga, umat muslim akan lebih banyak membaca Alquran, dan sholat tarawih di masjid.
Tetapi beberapa masjid di Inggris tidak mengizinkan perempuan ikut melaksanakan sholat tarawih di masjid. Hal ini tentu saja menuai penolakan dari kelompok muslim perempuan yang juga ingin melaksanakan sholat tarawih berjamaah di masjid.
Salah satunya adalah Almas, seorang ibu tunggal yang sibuk bekerja dan mengurus tiga orang anaknya. Ramadhan baginya adalah waktu yang sangat berarti dan dinanti-nantikan.
“Saya sangat menantikan untuk sholat Tarawih di akhir pekan terutama, ketika kita memiliki lebih banyak waktu,” ungkapnya dilansir dari BBC, Rabu (5/5).
"Tapi ketika saya berbicara dengan masjid lokal saya, mereka mengatakan 'tidak ada orang tua, tidak ada anak dan tidak ada wanita yang diizinkan," ujarnya lagi.
Almas tidak sendiri. Beberapa masjid di Inggris telah memutuskan untuk menutup ruang sholat perempuan pada Ramadhan ini. Sebagian besar beralasan, karena menerapkan pembatasan selama pandemi Covid-19.
Tetapi bagi sebagian yang lain, memilih untuk melakukan sholat tarawih di rumah masing-masing karena dianggap lebih fokus. Sedangkan di masjid, tidak semua masjid memiliki ruang terpisah khusus untuk jamaah perempuan, sehingga terkadang mereka harus sholat di belakang jamaah laki-laki
Lebih dari seperempat masjid di Inggris sama sekali tidak memiliki tempat untuk wanita. Di masjid yang melayani pria dan wanita, ruangnya tidak selalu berukuran sama.
Menurut Anita Nayyar, yang turut mengelola Open My Mosque, untuk mengkampanyekan masjid yang lebih inklusif, mengatakan, area sholat perempuan lebih kecil dibandingkan ruang sholat laki-laki. Bahkan kadang berada di balik pintu dan di atas tangga atau kadang-kadang hanya terbuka secara sporadis dan pandemi telah memperburuk masalah ini.
"Kami telah menerima laporan bahwa selama pandemi, masjid yang dulunya menampung perempuan mendorong mereka keluar baik untuk menciptakan ruang yang jauh lebih luas bagi laki-laki atau karena mereka merasa tidak dapat mengatur pelayanan untuk memastikan fasilitas perempuan mematuhi pedoman," katanya.
BBC telah menghubungi 29 masjid berkapasitas terbesar di Inggris untuk mengetahui kebijakan mereka selama bulan Ramadhan. Lima masjid tidak memiliki area perempuan, sementara enam masjid menanggapi dengan mengatakan mereka tidak dapat menampung perempuan karena alasan kesehatan dan keselamatan Covid-19. Sebanyak 12 masjid terbuka untuk wanita, sementara tujuh tidak menanggapi.
Itu termasuk Masjid Greenwich Islamic Center dan Baitul Futuh, di London, serta Jamia Al-Akbaria, di Luton, dan Masjid Lanarkshire, di Skotlandia.
Masjid Almas, Pusat Islam Milton Keynes, awalnya tidak menanggapi permintaan BBC untuk berkomentar mengapa masjid tidak dibuka untuk perempuan. Tetapi pusat itu kemudian mengatakan bahwa pihaknya terbuka bagi perempuan untuk sholat, dengan kapasitas terbatas, dan bahwa informasi online tentang kebijakan pembukaan Ramadhan 2021 yang menyatakan "tidak ada lansia, tidak ada anak di bawah 12 dan tidak ada wanita" adalah untuk masa percobaan sebelumnya.
Julie Siddiqi, seorang juru kampanye hak-hak perempuan yang ingin membuat masjid di Inggris lebih mudah diakses oleh perempuan, menerbitkan video Instagram yang berbicara tentang bagaimana masjidnya, Masjid Jamia dan Islamic Center, di Slough, tidak terbuka untuk perempuan bulan ini. Dia menerima ratusan pesan dari kelompok muslim perempuan Inggris lainnya dengan pengalaman serupa.
"Saya mengerti tentang kesehatan dan keselamatan. Masjid kami memiliki banyak ruang, itu benar-benar bisa dilakukan di masjid ini. Jadi mari kita perjelas, ini jauh melampaui Covid. Ini adalah pola pikir, pola pikir yang memberi tahu laki-laki bahwa mereka dapat memutuskan apakah perempuan boleh pergi sholat di masjid," tuturnya.
Masjidnya mengatakan kepada BBC bahwa keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dengan relawan perempuan yang prihatin tentang kurangnya sumber daya perempuan.
Sheikh Ibrahim Mogra, seorang imam di Leicester, mengatakan laki-laki dan perempuan harus sama-sama diakomodasi di masjid, tetapi menambahkan beberapa tradisi menyatakan lebih baik bagi perempuan untuk sholat di rumah daripada berkumpul di masjid.
Masjid lain telah mengubah pendirian mereka. Masjid dan Islamic Center Hounslow Jamia awalnya direncanakan hanya untuk laki-laki, tetapi mengubah kebijakannya setelah percakapan seputar akses perempuan ke masjid mulai muncul secara online pada awal Ramadhan.