IHRAM.CO.ID, BEIRUT -- Beberapa hari menjelang Idul Fitri biasanya umat Muslim di Lebanon akan datang ke toko-toko kue untuk berburu Ma'amoul yaitu kue roti khas Lebanon yang diisi kurma, atau selai ara, kenari, dan almond. Kue Ma'amoul dengan rasa manis itu adalah kue spesial dan sudah menjadi tradisi sebagai kue yang disajikan pada saat Idul Fitri.
Akan tetapi, di tengah krisis ekonomi yang melanda Lebanon telah membuat lebih dari 50 masyarakat berada di zona kemiskinan, hanya sedikit saja warga yang bersedia mengeluarkan uang untuk membeli Ma'amoul tahun ini.
Seperti dilansir Xinhua.net pada Senin (10/5) banyak warga Lebanon yang memutuskan untuk membuat sendiri Ma'amoul di rumah atau bahkan sama sekali meninggalkan tradisi memakan Ma'amoul untuk menghemat uang.
Rana Saidi seorang ibu dengan empat anak adalah salah satu warga yang memutuskan untuk tidak membeli Ma'amoul. Ia memilih mengajak beberapa temannya untuk membuat kue manis itu di rumah agar tak menyurutkan kemeriahan bagi anak-anaknya dalam merayakan Idul Fitri. Untuk memperoleh bahan baku membuat Ma'amoul, Saidi membelinya di toko yang menjualnya dengan harga yang murah.
"Saya tahu sebuah toko yang menjual bahan-bahan kue Ma'amoul dengan harga yang sedikit lebih murah," kata Saidi.
Sementara Khaled Attar juga memilih tidak membeli Ma'amoul karena harus menabung untuk keperluan lain. Ia memilih merayakan Idul Fitri tahun ini tanpa kue khas Lebanon itu.
Seorang penjaga toko kue di Beirut mengatakan jumlah pesanan Ma'amoul tahun ini lebih rendah di banding tahun-tahun sebelumnya. Bahkan menurutnya warga pun hanya membeli setengah karena jatuhnya mata uang serta melonjaknya harga bahan mentah.
"Satu Kg Ma'amoul dulunya dijual dengan harga 45 ribu pound Lebanon (12 dolar Amerika) tetapi harganya sekarang mencapai 70 ribu pound," katanya.
Diketahui sebagian besar bahan mentah di Lebanon adalah impor. Lonjakan harga dolar AS di pasar gelap menyebabkan kenaikan harga barang impor yang luar biasa serta penyusutan pendapatan penduduk setempat hingga lebih dari 80 persen.
Hassan Saghir yang merupakan seorang penjual di toko Haissam Ghazi Hallab mengatakan bahwa permintaan Ma'amoul di tokonya turun 40 persen selama musim ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Kami dulu menjual puluhan ribu buah Ma'amoul, tetapi saat ini sebagian besar pelanggan menanyakan harga dan banyak dari mereka pergi tanpa membeli," kata Mohammad Sharafeddine, pemilik toko di Tripoli, kota terbesar kedua di Lebanon.