IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Arkeologi merupakan salah satu instrumen untuk menelusuri sejarah Islam di Indonesia. Aspek-aspek kesejarahan dan keprubakalaan Islam Indonesia ditelusuri arkeologi diketahui sejak awal Islam diperkenalkan, disosialisasikan, tumbuh, berkembang, hingga masa surut secara politis di Indonesia akibat masuknya dominasi Eropa.
Secara umum, Islam diperkenalkan di Nusantara pada abad pertama Hijriyah atau tahun 7-8 Masehi. Maka kehadiran Islam di Indonesia telah melampaui kurun lebih dari 1.000 tahun lamanya. Hadirnya informasi sejarah mengenai Islam di Indonesia tak lepas dari peran ilmu arkeologi dari generasi ke generasi. Berdasarkan kajian arkelogislah, sejarah dapat terbuka perlahan demi perlahan.
Ketika Indonesia merdeka, arkeologi sudah di tangan para arkeolog Indonesia. Arkeologi Islam yang dikembangkan Uka Tjandrasasmita menghadapi tantangan pekerjaan yang makin besar. Ini terutama ketika penelitian terhadap situs-situs bekas kota lama melalui kajian arkeologi perkotaan mulai dikembangkan.
Hasan Muarif Ambary dalam buku Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia menjelaskan bahwa dalam arkeologi Islam, epigrafi merupakan salah satu jenis data dan disiplin ilmu pengetahuan yang penting peranannya bagi upaya rekonstruksi sejarah kebudayaan. Sekaligus untuk mengetahui kemungkinan terjainya difusi kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain.
Dari kajian epigrafi yang menganalisis sumber tulisan-tulisan kuno ini dapat diperoleh gambaran tentang perubahan-perubahan yang pernah terjadi serta faktor-faktor yang memengaruhi perubahan-perubahan tersebut. Hasil-hasil penelitian epigrafi yang signifikan dalam kajian tentang Islam Indonesia adalah bukti-bukti tulisan di berbagai media atau benda yang memiliki atriut keislaman yang kuat. Khususnya tulisan beraksara atau berhuruf Arab dan berbahasa Arab, Melayu, Sunda, dan sebagainya.
Salah satu objek epigrafi adalah kaligrafi. Kaligrafi Islam yang juga sebagai elemen epigrafi Islam telah menjadi alat bagi para seniman Indonesia untuk memperlihatkan keindahan huruf Perso-Arabic. Hal itu dimanifestasikan di berbagai media. Salah satu bentuk atau gaya paling arkais dalam kaligrafi Islam yang juga muncul dan didapati buktinya di Nusantara ialah apa yang disebut gaya kufi yang pada abad ke-7 Masehi berpusat di Kufah, Irak.
Di Indonesia, bentuk huruf kufi terdapat di berbagai makam kuno. Sedangkan model tulisan yang lebih lazim dan bisa ditemukan dalam jumlah cukup banyak ialah tulisan-tulisan gaya naskhi. Untuk itu, bukti-bukti epigrafis pada kurun pertumbuhan Islam di Indonesia memperlihatkan pada kita sebuah konfigurasi data bagaimana Islam merambah wilayah Nusantara.
Bukti-bukti tersebut dapat dibedakan dalam dua kategori. Yakni bukti-bukti epigrafi yang masing-masing memperlihatkan anasir kebudayaan asing, dan bukti-bukti epigrafis yang merupakan perkembangan kreativitas lokal.
Penelusurna sejarah Islam di Indonesia selain dapat ditelusuri dari kajian epigrafis pada tulisan, juga dapat ditelusuri dengan melihat makam-makam kuno di Indonesia. Sumber kajian arkeologis dari makam kuno adalah makam Fatimah binti Maimun di desa Leran, 12 kilometer sebelah barat Gresik.
Makam ini memiliki sumber informasi yang sangat penting sebab di batu nisannya terdapat tulisan 475 Hijriyah atau tahun 1082 Masehi. Data inilah yang merupakan peninggalan Islam tertua di Indonesia. Satu-satunya peninggalan lain yang sama tuanya adalah sebuah makam yang terletak dii Pandurangga, Vietnam.