IHRAM.CO.ID, CANBERRA -- Di Australia, komunitas Muslim berasal dari seluruh dunia, dengan banyak etnis, budaya, dan bahasa, yang berbeda. Masing-masing di antara muslim di sana juga tidak terlepas dari islamofobia.
Dilansir dari laman ABC Rabu (21/7), seorang muslimah Australia, Nora Amath memiliki dua gelar dan PhD dan telah tinggal di Australia selama 23 tahun. Namun terkadang orang berbicara dengannya dalam bahasa Inggris yang kacau atau menganggap dia tidak berpendidikan, dia tidak bisa bekerja, atau dia di bawah pengawasan suaminya.
Dr Amath berasal dari garis keturunan suku champ (minoritas Pribumi Asia Tenggara), dan telah menanamkan kekuatan ini pada putrinya sendiri seperti yang dilakukan ibunya sebelumnya. Dia dengan bangga mengenakan jilbab sebagai bentuk ekspresi iman, dan simbol pemberdayaan, dan hal itu dapat menimbulkan stereotip dan diskriminasi.
"Wanita Muslim yang dapat diidentifikasi sebagai Muslim seperti saya, kami mungkin menanggung beban sebagian besar insiden Islamofobia," kata Dr Amath.
Dr Amath telah menghadapi beberapa situasi yang menantang dalam peran seniornya di sebuah komunitas nasional dan organisasi pendukung pengungsi yang dipimpin oleh wanita Muslim, IWAA. Pada satu kesempatan, dia dilarang berbicara di acara lintas agama oleh pengunjuk rasa yang memegang spanduk, dan meneriakkan "bahasa yang sangat buruk".