Sabtu 31 Jul 2021 08:43 WIB

Mustafa Sabri Effendi, Syaikhul Islam Terakhir Ottoman (II)

Mustafa Sabri Effendi lahir di Tokat, Turki, pada 1869.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Mustafa Sabri Effendi
Foto: tangkapan layar google
Mustafa Sabri Effendi

IHRAM.CO.ID, Sejak November 1922, Mustafa Sabri Effendi hijrah ke Iskandariah, Mesir, bersama sejumlah koleganya. Pada 1923, Kesultanan Usmaniyah runtuh. Mustafa Kemal Ataturk kemudian naik sebagai presiden Republik Turki.

Sejak masa kekuasaannya, simbol-simbol Islam mulai dilarang beredar di ranah publik. Aksara Arab diganti dengan Latin. Pakaian Muslimah dikecam. Bahkan, suara azan pun dilarang disiarkan dengan bahasa Arab dari menara-menara masjid.

Baca Juga

Mustafa Sabri Effendi menetap di Mesir hingga akhir hayatnya kelak pada 1954.Dari negeri jauh ini, dia menulis banyak karya, terutama yang berkaitan dengan bantahan terhadap sistem sekulerisme.

Alim ini mengharapkan bangkitnya kembali kejayaan Islam di Bumi Usmaniyah. Di antara karya-karyanya adalah Mawqif al-`Aql wa al-`Ilm wa al-`Alim min Rabb al-`Alamin wa Ibadihi'l-Mursalin, yang terdiri atas empat jilid. Menurut Ibrahim Kalin dalam The Biographical Encyclopedia of Islamic Philosophy, topik utama pemikiran Sabri Effendi berkisar pada persoalan bagaimana memahami tradisi keislaman tanpa mengompromikan prinsip-prinsip agama.

(Baca: Mustafa Sabri Effendi, Syaikhul Islam Terakhir Ottoman)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement