IHRAM.CO.ID, Sejak November 1922, Mustafa Sabri Effendi hijrah ke Iskandariah, Mesir, bersama sejumlah koleganya. Pada 1923, Kesultanan Usmaniyah runtuh. Mustafa Kemal Ataturk kemudian naik sebagai presiden Republik Turki.
Sejak masa kekuasaannya, simbol-simbol Islam mulai dilarang beredar di ranah publik. Aksara Arab diganti dengan Latin. Pakaian Muslimah dikecam. Bahkan, suara azan pun dilarang disiarkan dengan bahasa Arab dari menara-menara masjid.
Mustafa Sabri Effendi menetap di Mesir hingga akhir hayatnya kelak pada 1954.Dari negeri jauh ini, dia menulis banyak karya, terutama yang berkaitan dengan bantahan terhadap sistem sekulerisme.
Alim ini mengharapkan bangkitnya kembali kejayaan Islam di Bumi Usmaniyah. Di antara karya-karyanya adalah Mawqif al-`Aql wa al-`Ilm wa al-`Alim min Rabb al-`Alamin wa Ibadihi'l-Mursalin, yang terdiri atas empat jilid. Menurut Ibrahim Kalin dalam The Biographical Encyclopedia of Islamic Philosophy, topik utama pemikiran Sabri Effendi berkisar pada persoalan bagaimana memahami tradisi keislaman tanpa mengompromikan prinsip-prinsip agama.
(Baca: Mustafa Sabri Effendi, Syaikhul Islam Terakhir Ottoman)