IHRAM.CO.ID, BEIRUT -- Sebuah patung raksasa yang terbuat dari puing-puing ledakan pelabuhan Beirut musim panas lalu diresmikan pada Senin (2/8). Keberadaan monumen ini menjadi kontroversi karena menarik dukungan dari beberapa orang dan memicu kemarahan di antara warga Lebanon lainnya yang percaya keadilan harus didahulukan.
"Semua niat kami positif dan kami tidak memiliki afiliasi dengan partai politik atau politisi mana pun," kata arsitek Lebanon dan pencipta patung tersebut, Nadim Karam.
Karya seni yang dijuluki "The Gesture" itu didanai oleh sejumlah perusahaan swasta. Warga Beirut dan seniman ini mengatakan ingin memberikan penghormatan kepada keluarga para korban ledakan. Karam menekankan bahwa klaim tentang dia terkait dengan pejabat tinggi pemerintahan adalah salah.
"Patung itu mencerminkan Beirut dalam kesedihan dan bekas lukanya," ujarnya.
Karam berharap keluarga yang kehilangan nyawa akan melihat pekerjaan itu secara positif. "Anda memiliki raksasa yang terbuat dari abu, bekas luka kota, dan bekas luka orang-orang yang belum sembuh,” katanya.
Ledakan pelabuhan Beirut menyebabkan lebih dari 200 orang tewas, ribuan terluka, dan sebagian besar kota hancur. Setahun kemudian, tidak ada pejabat tinggi yang dimintai pertanggungjawaban karena investigasi lokal terhenti.
Beberapa kerabat korban menghadiri acara tersebut dan mengatakan Karam berusaha untuk mengklaim bagian dari kota untuk umum. "Ketika Anda memiliki perusahaan independen yang mendukung proyek tersebut dan membangun proyek semacam itu selama tujuh atau delapan bulan ... pasti saya akan mendukung," kata arsitek yang kehilangan ibunya karena ledakan itu, Joseph Chartouni.
"Bagi saya fakta bahwa itu terbuat dari baja dari situs itu sudah menjadi pernyataan," ujar pria berusia 46 tahun ini.
Tapi pihak lain marah pada proyek tersebut dengan mengatakan seharusnya tidak ada peringatan tanpa keadilan ditegakkan. Kampanye media sosial yang mencela Karam dan menuduhnya bekerja sama dengan pemerintah karena menyebarkan informasi sejak seminggu sebelum pembukaan.
Pembuat film berusia 37 tahun bernama Rawan Nassif adalah salah satu dari banyak orang Lebanon yang tersinggung oleh bangunan baru tersebut. Dia mengatakan bahwa ledakan itu tidak boleh dianggap sebagai kenangan.
"Para pembunuh memiliki kekebalan hukum penuh dan kami sudah berpura-pura ada sesuatu di masa lalu dan kami mencoba untuk melampauinya melalui seni," kata Nassif.
"Saya merasa ini adalah TKP yang belum bisa dijamah, dan harus diselidiki, Anda tidak bisa datang dan melakukan suatu peristiwa dari TKP," kara Nassif.