Hal ini dibuktikan dengan kitab karangan beliau yang ditulis pada 1951, yaitu kitab al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil- Bariyyah. Kemudian pada 1961, kitab tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh putranya sendiri, KH Musta'in Romli.
Diceritakan, sebelum membuat wirid istighatsah ini Kiai Romli sempat melaksanakan riyadhah dengan puasa selama tiga tahun. Dalam masa-masa riyadahhnya itulah Kiai Romli memperoleh ijazah wirid-wirid istighatsah dari para waliyullah.
Wirid pertama yang beliau terima adalah wirid berupa istighfar, dan karena itulah istighfar beliau letakkan di urutan pertama dalam istighatsah. Demikian juga urutan berikutnya adalah sesuai dengan urutan beliau menerima ijazah dari para waliyullah lainnya.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengamalkan istighotsah seseorang menyesuaikan urutan wirid-wirid istighatsah sesuai dengan aslinya. Setelah siap semuanya, barulah seseorang menghadap kiblat untuk memulai istighosah dengan terlebih dahulu menghaturan hadiah pahala membaca surah al-Fatihah untuk nabi, keluarga dan sahabatnya, tabiin, para wali, dan ulama khususnya sahibul istighatsah Hadratusy Syekh KH Muhammad Romly Tamim.
(Baca: Mengenal Istigotsah KH Romli Tamim bagian pertama)