Rabu 04 Aug 2021 20:37 WIB

KH Raden Muhammad Amin, Pejuang dari Kalibata (I)

Guru Amin tidak hanya aktif dalam dunia dakwah, tetapi juga perjuangan.

Masjid Guru Amin
Foto:

Mendengar jawaban itu, para serdadu Belanda itu pun meninggalkan kediaman mereka. Pencarian atas Guru Amin pun dilanjutkan di tempat lain. Sang alim pun selamat dari penangkapan.

Karena situasinya sudah tidak kondusif lagi, maka pada 1946 Guru Amin hijrah ke Cikampek. Untuk sampai di sana, ia menggunakan kereta api dari Stasiun Manggarai. Sepanjang perjalanan, ia menyamar sebagai seorang tukang beras. Selama dua tahun, Guru Amin ditampung oleh sahabatnya, KH Syafi'i Ahmad.

Dari Cikampek, Guru Amin terus memimpin para santrinya agar terus melanjutkan perjuangan. Berbagai pertempuran pun pecah di sejumlah front. Hingga akhirnya, Guru Amin kembali lagi ke Kalibata pada 1948.

Ternyata, rumahnya sudah diacak-acak Belanda. Semua kitab yang disimpan di tiga lemari di hancurkan sehingga tidak bisa digunakan lagi. Kendati demikian, masyarakat setempat tetap menyambut ke datangan Guru Amin dengan suka cita.

Bahkan, hampir tiap hari rumah Guru Amin dikunjungi oleh santri dan khalayak umum. Belanda ke mudian mencurigai, sosok yang sedang diburunya itu hendak melakukan mobilisasi massa. Penguasa kolonial lantas melarang Guru Amin dan keluarganya untuk keluar rumah kecuali dalam menunaikan tugas mengajar di Pesantren Unwanul Huda.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement