Sabtu 07 Aug 2021 05:37 WIB

Dai Pedalaman di Tengah Pandemi Covid-19

BMH tetap menjalankan program dai pedalaman meski di tengah pandemi Covid-19.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
 Dai tangguh BMH
Foto: Dok BMH
Dai tangguh BMH

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat di pedalaman yang memiliki akses yang terbatas. Padahal, masyarakat pedalaman pun membutuhkan sosok dai untuk menjadi panutan sekaligus pembimbing mereka. Sehubungan dengan itu, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) tetap menjalankan program dai pedalaman meski di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Utama BMH, Ustaz Supendi, menyampaikan, dakwah Hidayatullah-BMH hadir di 34 provinsi dan 363 kabupaten dan kota di Indonesia. Terkait dengan program dan aktivitas dai di pedalaman dalam kondisi pandemi Covid-19 ini masih tetap berjalan.

"Ini kita lakukan karena kehadiran seorang dai adalah sentral (penting) di sana (di tengah masyarakat pedalaman), kehadiran seorang dai dalam kondisi seperti ini sangat penting untuk memberikan penguatan, sehingga akidahnya tidak tergadaikan dengan keyakinan lain," kata Ustaz Supendi saat Talkshow di Youtube Republika Official dengan judul Program DAI Pedalaman di Tengah Pandemi, Jumat (6/8)

Ia menegaskan, ketika seorang dai menjadi tokoh sentral di tengah masyarakat, maka kehadirannya menjadi sangat penting sekali bagi kehidupan masyarakat. Umumnya di sejumlah tempat pedalaman,  belum ada dai yang berasal dari sana untuk membimbing komunitasnya. Karena itulah kehadiran dai BMH menjadi sangat penting.

Ia mengingatkan, ketika seorang dai tidak bisa hadir untuk membina keseharian masyarakat pedalaman, maka akan berdampak pada aspek keberlangsungan ibadah. Sebab dai juga berperan dalam mengawal tata cara ibadah dan akidah mereka, agar tidak goyah oleh keyakinan-keyakinan lain.

Ustaz Supendi menambahkan, dengan keberadaan pesantren Hidayatullah-BMH di pedalaman dan lingkungannya yang relatif segar. "Kami melihat bahwasannya aktivitas di pedalaman ini masih bisa dikatakan belum berisiko dari penyebaran Covid-19," ujarnya.

Ia menjelaskan, bisa dilihat mobilisasi orang dari kota ke pedalaman sangat minim. Ketidakhadiran orang asing adalah suatu keuntungan bagi masyarakat di pedalaman di tengah pandemi Covid-19.

Selain itu, ia menerangkan, umumnya masyarakat pedalaman ditempa oleh lingkungan. Sehingga fisiknya sehat dan kuat, tentu imunnya juga bagus.

"Inilah salah satu alasan pembinaan (program dai pedalaman) tetap dilakukan tentu dengan tetap memperhatikan aspek protokol kesehatan," jelas Ustaz Supendi.

Ia menambahkan, masyarakat pedalaman komunitasnya tidak terlalu banyak, dalam interaksi juga bisa dikatakan minim. Sehingga kemungkinan untuk tertular Covid-19 minim.

Di samping itu, BMH juga melihat dukungan masyarakat terus mengalir, karena umat berharap pembinaan mualaf jangan sampai kendur. Pembinaan mualaf yang sudah berjalan jangan sampai terputus. Kalau terputus nanti harus mulai dari awal lagi.

"Tentu kita juga memperhatikan kesehatan dai, dai didukung dengan bantuan berupa pemeriksaan kesehatan dan gizi yang mencukupi, sehingga dai-dai kita bisa menunaikan tugas dakwahnya secara maksimal," kata Ustaz Supendi.

Ia juga menyampaikan, keberadaan dai BMH sangat dinanti oleh masyarakat pedalaman. Para dai bisa memberikan kebahagiaan pada masyarakat pedalaman. Tentu kebahagiaan bisa meningkatkan imun masyarakat.

Ia menegaskan, kehadiran dai juga bisa menjadi generator kebaikan terus berjalan dan bergerak. Alhamdulillah di tengah pandemi Covid-19, kebaikan dan dakwah serta pendidikan di pedalaman tidak terganggu dan teres dapat berjalan dengan baik serta lancar. Tapi dengan berbagai ketentuan, ada penyesuaian terkait protokol kesehatan.

Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtaji, mengatakan, bukan sesuatu yang mudah menjalankan program dai pedalaman di saat pandemi Covid-19. Mereka masih berdakwah di daerah-daerah pedalaman saat pandemi.

"Hidayatullah, BHM hadir di sana (pedalaman), ini suatu yang harus kita apresiasi tentunya, mengingat kondisi pandemi ini tidak mudah untuk kita beraktivitas, pembatasan kegiatan membuat mobilitas masyarakat tidak bebas," kata Hasan.

Ia menyampaikan, dengan adanya varian baru virus corona yang penyebarannya dan penularannya menjadi semakin cepat, ini menjadi tantangan tersendiri bagi dai dan ulama. Para dai dan ulama perlu menyampaikan cara menghadapi Covid-19 yang sesuai dengan syariat Islam dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat di pedalaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement