IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Siswa-siswa Saudi selama lebih dari 18 bulan dijauhkan dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Kini, mereka berharap dapat kembali ke sekolah, meski harus beradaptasi dengan beberapa perubahan dan perbedaan.
Kementerian Pendidikan Kerajaan Saudi menangguhkan kehadiran mereka di sekolah untuk membantu memerangi penyebaran Covid-19 pada 8 Maret 2020.
Dilansir di Arab News, Rabu (18/8), kelas daring menjadi pengalaman baru yang memiliki dampak besar, utamanya pada cara mereka mengejar studi, sembari beberapa orang berjuang beradaptasi dengan perubahan yang dramatis.
Hanya mahasiswa yang memperoleh manfaat dari pengajaran tatap muka. Mereka diizinkan mengikuti ujian akhir di tengah langkah-langkah kesehatan dan aturan yang ketat untuk mengekang penyebaran virus ini.
Dengan meredanya pandemi di Kerajaan, kini siswa sekolah menengah atas dan pertama disebut dapat kembali ke sekolah pada 29 Agustus. Mereka diwajibkan membawa tas buku dan kotak makan siang masing-masing, serta selalu menggunakan masker.
Bagi beberapa orang, utamanya yang senang bisa kembali melihat teman sekelas dan guru mereka secara langsung, dimulainya kehidupan sekolah yang normal akan melegakan. Tetapi, kembalinya ke ruang kelas ada harganya.
Kerajaan memberi syarat hanya siswa yang telah menerima kedua dosis vaksin atau pulih dari infeksi Covid-19 dan menerima satu suntikan yang dapat kembali ke sekolah.
Siswa di sekolah dasar maupun prasekolah masih belum mendapatkan izin untuk kembali, sampai kekebalan kelompok 70 persen diperoleh melalui penyelesaian dosis vaksin atau imunisasi lengkap.
Kementerian Kesehatan juga disebut telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan perlindungan kesehatan siswa sebagai prioritas utama, sementara di satu sisi berusaha menjaga kemajuan pendidikan.
Berdasarkan moto tidak resmi kementerian, “Tidak ada anak yang tertinggal”, pihak berwenang bekerja sama untuk memudahkan orang tua mendaftarkan anak-anak mereka mendapatkan vaksin Covid-19. Administrator sekolah diminta untuk melacak dan melihat data, termasuk status kesehatan, vaksinasi, serta kasus infeksi siswa dan staf, melalui aplikasi Tawakkalna.
//Arab News// lantas berbicara kepada beberapa siswa yang berbagi kegembiraannya karena dapat kembali ke sekolah. Mereka juga menceritakan perjuangannya dengan keputusan pembelajaran jarak jauh.
Nad Saud Al-Quwaidi mengatakan selama tiga semester menjalani pendidikan di luar kelas membuat ia merasa informasi terkadang tidak tersampaikan. Ia sulit untuk memahami hal-hal tertentu akibat dari internet atau suara yang terkadang terputus.
"Aku rindu sekolah dan teman-teman. Aku senang bisa kembali menemui para guru. Aku bahkan merindukan rutinitas sekolah. Aku suka bangun pagi, memakai seragam sekolah, serta menyiapkan tas dan sarapan. Tapi dengan pendidikan jarak jauh, aku dulu malas dan kadang terlambat masuk kelas," kata siswa berusia 17 tahun ini.
Siswa sekolah menengah berusia 14 tahun, Dana Nadeem, mengatakan ia akan merasakan 'pengalaman aneh' karena kembali ke kehidupan sekolah setelah 18 bulan berlalu. Meski demikian, ia mengaku merindukan masa-masa tersebut.
"Ini adalah perasaan yang aneh. Aku mencoba mengingat bagaimana kehidupan sebelum pandemi dan berharap dapat bertemu dengan guru dan teman sekelasku lagi," katanya.