IHRAM.CO.ID, Setelah belasan tahun berkelana menuntut ilmu di berbagai pesantren, akhirnya KH Muhammad Syanwani pulang ke Sampang pada 1962. Dia pun tampil menjadi kiai muda. Kiprahnya dimulai dengan mengasuh sejumlah santri. Setelah pelbagai persiapan, ia pun mendirikan sebuah pondok pe santren kira-kira setahun kemudian.
Kiai Syanwani menamakan pesantrennya Ashhabul Maimanah. Dengan itu, harapannya adalah bahwa pesantren tersebut dapat mencetak orang-orang beriman yang termasuk ahli surga. Pesantren ini dibangun di atas tanah wakaf keluarga Syanwani, ditambah dengan donasi masyarakat sekitar.
Awalnya, santri pesantren ini hanya sekira 80 orang. Seiring berjalannya waktu, jumlahnya bertambah banyak hingga mencapai ratusan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian, Kiai Syanwani juga membangun gedung madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (Mts), dan madrasah aliyah (MA).
Selain mengembangkan pesantren dan sibuk mengurus santri, ia juga aktif berjuang dan berdakwah di tengah masyarakat. Ia termasuk mubaligh yang tegas dan karismatik. Energinya seakan tidak pernah habis untuk mengajar dari satu pengajian ke pengajian lain.