IHRAM.CO.ID, DUBAI – Sejak Taliban menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan krisis kemanusiaan dan ekonomi yang semakin parah. Berdasarkan data PBB, 18 juta dari 38 juta penduduk Afghanistan menghadapi bencana kemanusiaan.
Direktur Negara dan Perwakilan Program Pangan Dunia (WFP) Uni Emirat Arab (UEA) untuk wilayah Dewan Kerja Sama Teluk, Mageed Yahia, mengatakan pihaknya saat ini sangat membutuhkan uang sekitar 200 juta dolar Amerika untuk mendapatkan makanan bagi penduduk Afghanistan. Persediaan makanan kata dia diprediksi akan habis pada awal Oktober.
Krisis dana merupakan tantangan terbesar yang dihadapi WFP selain kurangnya keamanan, stabilitas, dan faktor cuaca. Jika kelaparan tidak segera diatasi di Afghanistan, kondisi ini akan menyebabkan migrasi massal dan akan membuat lebih banyak konflik.
“Saya pikir penting untuk menyadari biaya bagi masyarakat internasional akan jauh lebih sedikit jika masalah itu ditangani sekarang daripada dibiarkan,” kata Yahia.
Di Afghanistan, WFP memiliki 300 staf, termasuk penduduk lokal dan warga negara asing yang beroperasi dari sub-kantor di Kabul, Jalalabad, Faizabad, Mazar-e-Sharif, Kandahar, dan Herat. Pejabat PBB mengatakan gejolak di negara itu tidak memengaruhi operasi WFP dan semua program berjalan sesuai rencana.
Sebelum kedatangan musim dingin di Afghanistan, WFP biasanya mulai merencanakan beberapa bulan sebelumnya. Yahia menggambarkan rencana untuk musim dingin dengan membeli makanan dari tempat terdekat, baik itu di Pakistan dan Kazakhstan lalu menyimpannya.
Sejauh ini, suhu musim panas yang tinggi telah menutupi kesulitan yang akan dihadapi rakyat Afghanistan di musim dingin. Musim panas adalah waktu di mana WFP menyimpan stok makanan di gudang dan dengan komunitas di seluruh Afghanistan. Makanan kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan sebelum akses ke mereka terputus oleh salju musim dingin.
Namun, musim panas juga menjadi salah satu faktor kekeringan terbesar kedua di Afghanistan dalam tiga tahun terakhir. “Kita berbicara tentang lebih dari 40 persen negara. Tanaman telah hilang karena kekeringan ini, meninggalkan keluarga dengan pendapatan yang tidak cukup bahkan untuk membeli makanan,” ujar dia.
Lebih dari setengah penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan karena konflik dan kurangnya keamanan telah memutus seluruh komunitas dari peluang mata pencaharian. Setidaknya 14 juta orang telah diidentifikasi sebagai rawan pangan, termasuk 550 ribu yang telah mengungsi akibat konflik sejak awal tahun.
Dilansir Arab News, Selasa (7/9), darurat kelaparan datang di atas krisis kemanusiaan yang dipicu oleh penarikan pasukan AS dan NATO dan penaklukan kembali negara itu oleh Taliban. Pengungsian telah mengakibatkan sejumlah besar warga Afghanistan tidak memiliki akses ke pekerjaan dan persediaan makanan dan membuat mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan WFP.
Sementara itu, pandemi Covid-19 juga telah memengaruhi kehidupan dan mata pencaharian orang-orang yang berjuang untuk mendapatkan makanan. Setelah penarikan pasukan AS dan Barat, banyak orang Afghanistan tidak dapat mengakses uang mereka di bank.
“Sekarang bank sudah buka, tapi uang tunai terbatas. Orang dapat menarik maksimum 200 dolar Amerika per pekan. Kami tidak tahu berapa lama bank akan tetap buka, apakah batas penarikan tunai akan dicabut atau diperketat,” tambahnya.
Pada 13 September nanti, PBB berencana mengadakan konferensi tingkat tinggi tentang bantuan untuk Afghanistan di Jenewa. “Konferensi ini akan mengadvokasi peningkatan pendanaan yang cepat sehingga operasi kemanusiaan dapat berlanjut,” kata Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric.