Jumat 10 Sep 2021 10:17 WIB

Penyebab Gelap dan Terangnya Hati

Hal yang mengkhawatirkan yakni mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Syekh Nawawi al-Bantani, Alimnya Ulama di Tanah Suci (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Syekh Nawawi al-Bantani, Alimnya Ulama di Tanah Suci (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Banten yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram Makkah, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menjadi penyebab gelapnya hati dan terangnya hati. Saat mengajarkan hal ini, Syekh Nawawi mengutip perkataan Abdullah ibn Mas’ud.

Dalam kitabnya yang berjudul Nashaihul ‘Ibad terbitan Mueeza, Syekh Nawawi mengatakan, Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu anhu pernah berkata,

أزبعة من ضلمة القلب: بطن شبعان من غير مبالاة، وصبحة الضالمين، ونسيان الذنوب الماضية، وطول الأمل

“Empat hal yang termasuk penyebab gelapnya hati,”

Pertama, perut yang terlalu kenyang. Menurut Syekh Nawawi, kenyangnya ini lebih dari sepertiga isi usus sebagaimana batas kenyang yang disyariatkan.

Kedua, berteman dengan orang-orang zalim. Menurut Syekh Nawawi, orang yang zalim tersebut maksudnya adalah orang yang melampaui batas menuju kebatilan.

Ketiga, melupakan dosa yang pernah dilakukan. Dengan demikian, menurut Syekh Nawawi, orang tersebut kembali mengerjakan dosanya tersebut tanpa merasa menyesal.

Keempat, panjang angan-angan. Artinya, mengharap sesuatu yang sulit dicapat. Menurut Syekh Nawawi, Ali bin Abi Thalib pernah menyampaikan sebuah hadits bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda,

“Sesungguhnya sesuatu yang sangat aku khawatirkan atas kalian ada dua, yaitu: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu berarti menjauhi kebenaran, sedangkan panjang angan-angan mencerminkan cinta dunia.” (HR Ibn Abi al-Dunya).

Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu anhu juga berkata,

وأربعة من نور القلب: بطن جائع من حذر، وصبحة الصالحين، وحفظ الذنوب الماضية، وقصر الأمل

“Ada empat hal yang termasuk penyebab terangnya hati.”

Pertama, yaitu perut lapar karena tindakan hati-hati. Menurut Syekh Nawawi, maksud dair pekataan itu adalah melaparkan perut untuk bersikap waspada dan hati-hati.

Kedua, berteman dengan orang-orang saleh, yaitu orang yang selamat dari segala kerusakan.

Ketiga, mengingat dosa yang pernah dilakukan. Menurut Syekh Nawawi, orang tersebut selalu mengingat dosanya sembari menyesal telah melakukannya.

Keempat, tidak panjang angan-angan. Artinya, orang tersebut menahan dan membastasi angan-angannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement