Jumat 10 Sep 2021 17:00 WIB

KH Muhyiddin Ulama-Pejuang dari Tanah Sunda (I)

KH Muhyiddin, pendiri delapan pesantren itu mulai berjuang sejak zaman penjajahan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah santri bertadarus (membaca Alquran)
Foto:

Sekitar tahun 1893, dirinya mulai pindah ke sana, tepatnya kawasan Cimalaka. Ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam, yakni Pondok Pesantren Cimalaka. Dari bulan ke bulan, tahun ke tahun, pesantren tersebut kian berkembang pesat.Jumlah santrinya pun bertambah banyak.

Setelah 25 tahun berdakwah dan mengajar di Cimalaka, Kiai Muhyiddin kemudian berencana untuk pindah ke daerah lain. Masih dengan tujuannya, mengembangkan dakwah Islam dan menyebarkan ilmu-ilmu agama. Pada 1918, ia memboyong keluarganya untuk hijrah ke Desa Cimeuhmal, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 

Cimeuhmal dulu berbeda dengan yang sekarang.Daerah tersebut kala itu mayoritasnya masih berupa hutan belantara. Lantas, Kiai Muhyiddin dengan dibantu sejumlah pengikutnya membabat hutan tersebut secara terukur untuk membuka lahan baru. Di sanalah, ia membangun sebuah lembaga pendidikan yang kemudian diberi nama Pesantren Pagelaran I.

Berdiri pada 1920, Pesantren Pagelaran 1 sempat ramai dipenuhi santri-santri. Mereka berdatangan dari berbagai daerah, baik dalam maupun luar Jawa Barat. Akan tetapi, keberadaannya sempat ditutup karena kekacauan yang timbul pascarevolusi kemerdekaan di Tanah Air. Terlebih lagi, Jawa Barat terimbas agresi militer yang dilancarkan Belanda. Barulah beberapa tahun kemudian, pesantren tersebut dapat dibuka kembali oleh seorang putri Kiai Muhyiddin, Hajjah Endeh Hayati.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement