IHRAM.CO.ID, SARAJEWO -- Pada 2021 menandai peringatan 80 tahun dimulainya Perang Dunia II di Yugoslavia. Pada 6 April 1941, ketika Blok Poros (Axis) mulai membom semua kota besar di seluruh wilayah dan dalam beberapa hari, tentara Yugoslavia telah menyerah, dan secara resmi diduduki.
"Sementara Serbia diperintah Jerman, di Kroasia, kolaborator Nazi Ustasha (dipimpin oleh Ante Pavelic) mendirikan negara boneka yang disebut "The Independent State of Croatia" (Nezavisna drzava Hrvatska atau NDH), yang mereka kuasai dengan otonomi yang cukup besar," kata Dr Hikmet Karcic yang mempelajari Studi Bosnia dan Herzegovina, Holocaust dan Genosida, dilansir dari laman TRT World pada Kamis (16/9).
Di seluruh NDH mencakup sebagian besar Kroasia, Bosnia dan Herzegovina. Ustasha memperkenalkan undang-undang bergaya Nazi dan mendirikan kamp konsentrasi. Mereka memenjarakan dan membunuh orang Serbia, Yahudi, dan Roma. Yang paling terkenal dari kamp-kamp ini adalah Jasenovac, sekitar 100 ribu orang dibunuh secara brutal.
"Terperangkap di tengah-tengah kekerasan genosida yang terjadi, antara sekelompok besar pasukan Poros, Muslim lokal menemukan diri mereka di antara batu dan tempat yang keras," kata Karcic.
Tanpa perwakilan atau institusi politik yang tepat, sebagai bangsa mereka terpecah di semua sisi. Beberapa bergabung dengan Negara Merdeka Kroasia. Sebagian yang lain memihak Chetnik. Sementara yang lain bergabung dengan Partizan dan yang lain bahkan membuat tawaran ke Jerman Nazi, berharap otonomi yang lebih besar untuk Bosnia.
"Rezim Ustasha tidak menargetkan orang Bosnia (yang mereka anggap sebagai orang Kroasia beragama Islam) secara massal, dan tanpa perwakilan untuk memimpin mereka, mereka kemudian dicap sebagai musuh atau kolaborator." ucap Karcic.