IHRAM.CO.ID, KABUL – Sepekan setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban dan tewasnya tiga pria yang putus asa setelah berpegangan pada sebuah pesawat militer Amerika Serikat, Sara Rahmani membagikan sebuah lukisan yang menjadi viral di media sosial.
Dengan warna hitam dan putih yang mencolok, ditambah satu garis diagonal yang membelah kanvas, lukisan itu memperlihatkan seorang gadis muda Afghanistan. Dia tampak tersenyum saat air mata menetes dari mata kanannya.
Di bagian hitam-putih lukisan itu, sosok siluet jatuh ke tanah saat pesawat terbang. Seorang pria, di tengah kerumunan yang tak berwajah, menyerahkan bayi yang dibedong kepada seorang tentara melintasi gulungan kawat berduri.
Sementara di bagian berwarna yang mencakup senyum gadis yang membisu, sayap pesawat berubah menjadi sayap merpati dan seorang wanita dengan pakaian Afganistan yang cerah menari di samping yang lain yang menulis kata damai dalam bahasa Farsi.
“Saya selalu ingin menunjukkan gambar terbaik negara saya melalui karya saya. Tapi hari ini tidak ada yang tersisa untuk kami. Kami kembali 20 tahun yang lalu. Afghanistanku sayang… Aku minta maaf atas kebisuan dunia,” tulis Rahmani di Instagram.
Rahmani mulai membuat maha karyanya itu sebelum Afghanistan jatuh ke tangan Taliban. Dia mengaku baru berencana melukis potret gadis kecil Afghanistan karena suka dengan matanya dan cara dia tersenyum.
“Lalu ketika semuanya terjadi dalam satu pekan, kami mengadakan protes di sini di San Diego. Jadi, saya ingin membuat sesuatu yang sangat efektif untuk menunjukkan emosi kami, apa yang kami alami selama beberapa hari itu,” ujar dia.
Dilansir The National News, Jumat (24/9), Rahmani (23 tahun) telah tinggal di San Diego, AS sejak 2017 setelah ayahnya bekerja untuk sebuah perusahaan Amerika menerima Visa Imigran Khusus.
Menyaksikan jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban membuat dia khawatir dengan anggota keluarganya yang masih berada di Kabul. Beberapa dari mereka ada yang terpaksa bersembunyi.
Melalui lukisannya, Rahmani ingin menyampaikan keinginannya tentang masa depan yang cerah untuk Afghanistan. “Meskipun terus merasakan waktu-waktu berat di kehidupan kita, pasti ada secercah harapan. Jadi, saya menggunakan bagian berwarna dari lukisan itu sebagai bentuk harapan,” tuturnya.
Tak disangka lukisan Rahmani menjadi viral di media sosial. Saat mengetahuinya, dia merasa sangat emosional dan menangis.
Rahmani mulai melukis pada usia 15 tahun dengan menghadiri dua bulan kelas seni di Kabul sebelum tuntutan akademis memaksanya untuk berhenti. Karena selalu menganggap melukis sebagai hobi, ia terus menciptakan karya seni baru di Amerika, mengambil inspirasi dari foto-foto untuk menggambarkan budaya Afghanistan secara positif.
“Kami memiliki begitu banyak fotografer berbakat di Afghanistan. Ada Fatimah Hossaini, Roya Heydari dan banyak fotografer lain yang sangat berbakat dan terkenal. Saya mendapatkan ide-ide saya dari mereka,” kata dia.
Lukisan Rahmani bertujuan untuk menunjukkan sisi lain Afghanistan. Ini termasuk menunjukkan sisi cantik budaya dan tradisi Afghanistan yang melimpah. Sebab, saat orang mencari informasi seputar Afghanistan, akan banyak narasi tentang perang, darah, dan orang-orang miskin.
Dia merasa bertanggung jawab untuk menunjukkan kepada dunia atas apa yang terjadi saat ini di Afghanistan dan meningkatkan kesadaran ini kepada dunia. Meskipun dia tidak pernah berniat untuk mengejar seni lukis sebagai karirnya, Rahmani telah mempertimbangkan kembali.
“Saya tidak pernah ingin melukis sebagai pekerjaan, tetapi saya menyadari saya harus melakukan sesuatu dengan seni saya. Orang-orang banyak mendukung saya,” tambahnya.