IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Mulya E. Siregar mengatakan bahwa terdapat beberapa isu yang menantang dalam industri perbankan syariah saat ini.
Pertama adalah sinergi antara induk usaha dan subsidiarinya. Kedua mengenai digital banking dan kaum milenial yang ketiga mengenai sustainable finance yang terus dipromosikan oleh regulator.
Selanjutnya adalah mengenai pengelolaan dana haji dan juga dampak dari Covid-19. Dan isu penting lainnya adalah regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkini yang mengatur perbankan termasuk lini syariah di dalamnya.
"Dan satu lagi yang tidak bisa kita kesampingkan karena waktunya yang makin mendesak adalah mengenai spin off atau leveraging," katanya dalam seminar virtual beberapa waktu lalu.
Mengenai isu terakhir tersebut, perbankan memang hanya dihadapkan pada pilihan tersebut di masa depan. Pada akhirnya pilihan spin off atau konversi dimaksudkan untuk memajukan industri perbankan syadiah.
Berdasarkan kajian LPPI dari data-data yang dikumpulkan dan dikelola, yang terpenting dari semua itu adalah terkait praktik Good Corporate Governance (GCG) di bank syariah. Mulya mengatakan LPPI sering mendapat pertanyaan terkait ini.
"Kami di LPPI sering ditanya manakah yang akan lebih baik, spin off atau konversi, berdasarkan data-data yang kami peroleh, apapun pilihannya tidak menentukan baik buruk kinerja bank syariah selanjutnya," katanya.
Berdasarkan analisis LPPI yang menentukan kinerja baik atau tidak kedepannya adalah penerapan GCG. Menurut mantan Komisaris Utama BSI ini, praktik GCG akan menentukan pertumbuhan kinerja bank syariah lebih cepat dibndingkan yang tidak menerapkannya.
Berdasarkan riset GCG yang dilakukan LPPI terdapat hubungan antara skor GCG yang kecil, artinya penerapannya semakin bagus dengan pertumbuhan kinerja Bank Umum Syariah. Jadi apapun pilihannya, jika penerapan GCG mendapat perhatian serius dari pengelola bank maka akan lebih besar potensinya untuk meningkatkan kinerja BUS dalam beberapa waktu ke depan.