IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong agar produk kuliner khas Provinsi Aceh yakni mi Aceh bisa mendunia dan dikenal masyarakat secara global. Keunikan cita rasa mi Aceh terletak pada racikan bumbu yang kaya akan rempah-rempah, sehingga menghasilkan rasa yang kuat.
“Mi Aceh sebetulnya lebih dikenal masyarakat daripada ayam tangkap. Hal ini merupakan suatu peluang yang baik, karena makanan yang berbasis mie masih sedikit, kalau berbasis daging sudah banyak, ada rendang, soto, sate, dan juga nasi goreng. Jadi kalau mie Aceh ini bisa kita kembangkan, ini bisa go international,” kata Sandiaga dalam keterangannya, Rabu (20/10).
“Kita juga bisa membuat festival mi Aceh tingkat dunia sehingga, mi Aceh ini dapat menjadi bagian dari program spice up the world. Saya ingin melihat ada mi Aceh di New York atau London,” lanjutnya.
Selain mi Aceh, ada beberapa kuliner yang menjadi ikon kota Banda Aceh, seperti kuah beulangong (kari daging), timpan, asoe kaya (srikaya), dan roti cane. Dengan beragam kuliner khas Aceh, tidak heran kalau sektor tersebut di Provinsi Aceh pada tahun 2018 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 3.000 orang dengan omzet pertahunnya bisa mencapai Rp 5,4 triliun.
Sandiaga juga mendorong agar para pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif dapat mengembangkan subsektor game dan aplikasi di Kota Banda Aceh. Menparekraf menilai bahwa kedua subsektor ini sangat potensial untuk dikembangkan dan menjadi subsektor yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tengah pandemi dan tantangan ekonomi.
Oleh karena itu, ia berharap melalui program Workshop Pengembangan Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia itu dapat ditingkatkan inovasi, kreativitas, dan kolaborasi antara dunia usaha dengan pemerintah dan komunitas.
“Harapan kita bahwa pandemi ini justru menjadi pemicu dari ekonomi kreatif menjadi lokomotif agar bangsa ini semakin besar dan Aceh mampu melahirkan pengusaha-pengusaha kelas dunia,” katanya.