IHRAM.CO.ID, LONDON – Bagi, Persephone Rizvi, berpesta setiap akhir pekan di klub malam merupakan sebuah rutinitas. Namun, hal itu berubah saat dia memutuskan untuk memeluk Islam.
Rizvi bisa menghabiskan waktunya untuk berpesta dan mabuk sampai pukul 05.00 pagi di klub. Sesampai di rumah, ia tidak beristirahat tetapi melanjutkan pestanya. Rizvi juga merupakan seorang pecandu alkohol. Itu semua memengaruhi Rizvi menjadi sosok yang emosional. Setelah itu, ia berjuang untuk melihat tujuan hidupnya dan melakukan hal baik.
Musim panas lalu, ia memiliki pekerjaan di sebuah pusat panggilan. Salah seorang temannya adalah Muslim bernama Haleemah. Haleemah membantu Rizvi untuk menjalankan puasa Ramadhan pertama. “Itu adalah pertama kalinya saya mengenal Islam. Saya tidak berpikir untuk memeluk Islam tadinya. Puasa pertama seperti tantangan bagi saya dan saya percaya saya bisa melakukannya selama 30 hari,” kata Rizvi.
Saat itu, Rizvi belum menjadi mualaf. Rutinitas mabuk dan berpesta masih ia lakukan, tetapi sikap Rizvi perlahan mulai berubah. Dia mulai mementingkan diri sendiri dan bersyukur. Rizvi tidak memiliki saudara Muslim. Orang tuanya adalah orang Inggris kulit hitam yang taat pergi ke gereja.
Oleh karena itu, ia menghabiskan tahun pertama di universitas untuk mempelajari Islam dan menjadi seorang Muslim. Orang tua Rizvi masih belum mengetahui ketertarikan Rizvi pada Islam. Saat sudah matang dengan pilihannya, Rizvi memutuskan untuk menjadi mualaf dan mengenakan jilbab.
“Orang tua saya terkejut dan bingung. Mereka banyak mempertanyakan pilihan saya dan ingin memastikan saya membuat keputusan yang tepat. Saya ingin bekerja keras dan melakukan segalanya dengan keyakinan saya,” ujar dia.
Sebagai mualaf, Rizvi mengubah beberapa rutinitas dan penampilannya. Misal, ia mulai menghapus foto tidak mengenakan jilbab dan membuang pakaian yang terbuka. Dia mengaku sejak mengenakan jilbab, ia merasa lebih aman karena pria tidak mengganggunya lagi.
Dilansir BBC, Jumat (19/11), komunitas Muslim lokal menyambut baik Rizvi. Berkat mereka, Rizvi dapat berdiskusi dan bertanya soal Islam. Sekarang kehidupan Rizvi menjadi Muslim lebih baik. Orang tuanya sangat mendukungnya. Bahkan, mereka ikut berpuasa bersama Rizvi beberapa kali.
“Islam telah menyelamatkan saya karena sekarang saya tahu cara terbaik untuk menangani masa-masa kelam. Saya bisa mengatasinya dengan berdoa dan menjaga kesehatan mental serta fisik saya karena Islam,” tambahnya.