Rabu 24 Nov 2021 05:50 WIB

Ledakan Operasi Plastik di Kalangan Muda Iran

Operasi plastik sangat populer di kalangan anak muda di Iran terutama saat pandemi

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Operasi plastik.  (ilustrasi)
Foto:

Seorang ahli bedah plastik, yang tidak ingin disebutkan namanya, menjelaskan kepada MEE mengapa bedah kosmetik memiliki daya tarik seperti itu di Iran. Ia mengatakan, perhatian masyarakat terhadap penampilan fisik dan bagaimana seseorang terlihat menjadi jauh lebih umum daripada sebelumnya. Menurutnya, masalah ini justru bertambah besar selama pandemi virus corona.

"Mungkin alasan utama untuk ini harus dipelajari oleh psikolog. Namun, saya pikir kebosanan akibat isolasi yang lama di rumah, bersama dengan keinginan lama untuk terlihat lebih cantik, telah membuat orang tertarik pada operasi semacam itu," katanya.

Namun di balik penampilan yang dianggap akan lebih cantik, ada sisi gelap dari ledakan operasi plastik ini. Seorang pejabat di Organisasi Kedokteran Hukum Iran, Babak Sakahshiur, mengatakan pada 27 Oktober 2021 lalu bahwa jumlah operasi kosmetik di Iran tampaknya lebih tinggi daripada rata-rata global.

"Masalah yang sama telah menyebabkan peningkatan jumlah keluhan (tuntutan) di bidang kecantikan baru-baru ini, dan banyak orang tidak puas dengan hasil operasi mereka dan telah mengajukan keluhan terhadap dokter," katanya.

Namun, Salahshour tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang berapa banyak keluhan hukum yang telah dibuat terhadap ahli bedah plastik. Ia mengatakan, peningkatan permintaan telah disertai dengan peningkatan prosedur yang dilakukan dengan murah oleh orang-orang yang tidak memiliki keahlian atau kualifikasi bedah yang diperlukan.

"Sayangnya, banyak orang yang tidak terspesialisasi membodohi orang dengan iklan Instagram dan memikat mereka ke dalam bisnis mereka dengan menawarkan diskon, meskipun faktanya itu dapat membahayakan kesehatan mereka," kata seorang ahli bedah plastik di Teheran, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada MEE.

"Masalah klinik dan anestesi yang berkualitas bukanlah lelucon. Jika orang yang melakukan operasi tidak memiliki keahlian dalam profesinya, pasien bisa kehilangan nyawanya," tambah ahli bedah tersebut.

Peningkatan jumlah operasi plastik juga mengejutkan banyak orang. Pasalnya, ekonomi Iran telah hancur di bawah sanksi asing, dan banyak orang di negara itu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan.

Rial Iran terus terdepresiasi terhadap dolar AS, dengan inflasi mencapai rekor tertinggi baru setiap bulan. Bagi mereka yang mungkin masih tergoda dengan operasi plastik, daya pikat prosedur yang lebih murah sangat kuat, tetapi berpotensi fatal.

Risiko dari operasi plastik membuat salah seorang warga Iran ini urung diri melakukannya. Niloufar (31) mengatakan dia telah merencanakan untuk melakukan sedot lemak, namun berubah pikiran setelah menyaksikan apa yang terjadi pada seorang kerabat.

"Sepupu saya, yang berusia 40 tahun dan memiliki dua anak, memutuskan untuk menjalani operasi untuk menghilangkan kerutan di perutnya. Meskipun dia melakukan operasi ini di klinik khusus dan sepenuhnya profesional, dia tidak pernah sadar kembali setelah operasi, menyusul masalah anestesi," ujarnya.

"Empat bulan kemudian, sepupu saya masih koma. Dia tidak mati atau hidup. Dokter mengatakan dia tidak akan hidup kembali," tambah Niloufar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement