Selasa 14 Jun 2022 10:25 WIB

Lebanon Siap Kompromi Atasi Perselisihan Maritim dengan Israel

Lebanon bersiap menawarkan kompromi untuk menyelesaikan perselisihan dengan Israel

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Lebanon sedang bersiap menawarkan kompromi untuk menyelesaikan perselisihan dengan Israel mengenai sumber daya gas maritim
Foto: Abir Sultan/EPA
Lebanon sedang bersiap menawarkan kompromi untuk menyelesaikan perselisihan dengan Israel mengenai sumber daya gas maritim

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon sedang bersiap menawarkan kompromi untuk menyelesaikan perselisihan dengan Israel mengenai sumber daya gas maritim melalui bantuan Utusan Energi Amerika Serikat Amos Hochstein. Hochstein mendarat di Beirut atas undangan pemerintah Lebanon pada Senin (13/6/2022).

Kedatangan Hochstein diharapkan menjadi jalan tengah atas ketegangan antara Beirut dan Tel Aviv dalam menyelesaikan masalah perebutan ladang gas Karish. Dia menolak kedatangan kapal yang dioperasikan oleh Energean yang berbasis di London di lepas pantai Mediterania pada 5 Juni.

Israel mengatakan Karish adalah bagian dari zona ekonomi eksklusifnya. Namun Lebanon mengatakan ladang itu berada di perairan yang diperebutkan dan tidak boleh dikembangkan sampai kedua negara menyelesaikan pembicaraan tidak langsung untuk menggambarkan perbatasan laut mereka.

Pembicaraan itu gagal tahun lalu setelah Lebanon mendorong klaimnya di zona yang disengketakan dari batas yang dikenal sebagai "Line 23" lebih jauh ke selatan ke "Line 29". Klaim ini menambah sekitar 1.400 km persegi untuk wilayah Lebanon, termasuk bagian dari Karish.

Untuk mengatasi kebuntuan, Hochstein mengusulkan pertukaran lapangan yang akan menciptakan batas berbentuk S alih-alih garis lurus.Menurut sumber tidak resmi pemerintah, Beirut tidak secara resmi menyetujui proposal tersebut.

Lebanon bersikeras untuk memperbarui pembicaraan tidak langsung, tetapi belum secara terbuka mengumumkan akan tetap berpegang pada Line 29 sebagai posisi awal untuk negosiasi tersebut atau melepaskannya. AS menganggap Line 29 sebagai "non-starter".

Sebanyak tiga pejabat Lebanon yang mengetahui proses internal untuk menyelesaikan sikap pemerintah mengatakan bahwa Lebanon akan mencabut klaim atas Jalur 29. Sumber mengatakan Presiden Lebanon Michel Aoun akan bertemu Hochstein pada Selasa (14/6) pagi dan mengusulkan Line 23 untuk ditambah sedikit lagi saja.

Salah satu pejabat menyebutkan bahwa posisi Aoun akan menjadi klaim untuk Line 23 selain 300 km persegi yang mencakup lapangan Qana, tetapi bukan Karish. Menurut dua pejabat Lebanon, Aoun akan menuntut agar pembicaraan tidak langsung dilanjutkan sesegera mungkin dan bahwa Israel menghentikan semua pekerjaan di Karish sampai negosiasi selesai.

Anggota parlemen Lebanon Mark Daou mengatakan, presiden menyatakan kepada anggota parlemen bahwa tidak bisa memaksakan Line 29 sebagai titik awal. Dia mengunjungi Aoun sebagai bagian dari sekelompok anggota parlemen independen pada Senin.

"Presiden Aoun mengatakan kepada kami bahwa Lebanon tidak memiliki dasar teknis untuk membangun kasus untuk Line 29 karena pemerintah sebelumnya telah gagal untuk menghasilkan dokumentasi formal untuk mempertahankan posisi ini," kata Daou.

Anggota parlemen dari Free Patriotic Movement yang didirikan oleh Aoun Alain Aoun mengatakan, Lebanon akan membuat tawaran balasan untuk proposal Hochstein tetapi tidak memberikan rincian. Hochstein bertemu dengan Menteri Energi sementara Walid Fayad dan Wakil Ketua Parlemen Elias Bou Saab pada Senin, tetapi tidak membuat komentar publik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement