IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Orang yang dapat bersifat qonaah boleh jadi merupakan salah satu hamba Allah yang dapat mengendalikan emosi dan nafsunya serta menjadi orang yang beruntung. Lantas, apa itu sebenarnya sifat qonaah?
Syekh Aidh Al-Qarni dalam kitab La Tahzan menjelaskan, perasaan qonaah yakni merupakan perasaan puas terhadap pemberian Allah. Dia merupakan sebuah kekayaan yang agung.
Dalam sebuah hadis disebutkan, "Terimalah dengan penuh kerelaan apa yang Allah bagikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya,". Maksudnya, menurut Syekh Aidh, seorang hamba Allah patut menerima keluarga, pendapatan, kendaraan, anak-anak, dan tugas-tugasnya dengan penuh kerelaan. Maka niscaya dia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan.
Sifat qonaah dapat melahirkan ketenangan bagi si empunya. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Kekayaan yang sesungguhnya adalah kaya hati,". Oleh karena itu, kekayaan yang sesungguhnya bukanlah karena banyaknya ia memiliki properti, harta dan kedudukan, tapi karena ketengan jiwa dan keridhaannya menerima apa yang diberikan Allah.
Dalam sebuah hadis berbunyi, "Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang kaya, yang bertakwa, dan yang menyembunyikan ketakwaannya,". Syekh Aidh menceritakan pengalamannya saat menaii sebuah mobil dari bandara menuju sebuah kota dengan ditemani seorang sopir.
Dia memperhatikan bahwa sopir itu sangat ceria. Sopir itu senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah, padahal dia memiliki dua orang istri dan lebih dari 10 anak sementara penghasilannya per bulan hanya 800 riyal Saudi. Sopir itu hanya memiliki kamar-kamar kuno yang didiaminya bersama keluarga.
Namun demikian karena dia sangat menikmati kedamaian itu, dia rela dengan apa yang Allah karuniakan kepadanya. Itulah sifat qonaah bersemayam padanya, menerima dan puas dengan apa yang Allah berikan apapun bentuknya. Sambil terus berikhtiar mencari perbaikan nasib, seorang Muslim seharusnya senantiasa memupuk semangat qonaah agar dapat bersemayam di dalam jiwa.