Rabu 19 Oct 2022 21:45 WIB

Ibnu Firnas dan Inovasi Menuju Dunia Penerbangan

Pemikiran Ibnu Firnas mengilhami dunia sains modern.

Sebuah pesawat tanpa awak (drone) (ilustrasi)
Foto: ANTARA /Jessica Helena Wuysang
Sebuah pesawat tanpa awak (drone) (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888 dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan uji coba pesawat layang buatannya. Walaupun percobaan terbangnya belum sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon, 500 tahun setelah Firnas meletakkan teoriteori dasar pesawat terbangnya.

Kemudian, sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascauji coba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang modern dikembangkan. Setelah Ibnu Firnas, percobaan di dunia penerbangan dilakukan pada tahun 1003 oleh Farabi Ismail al- Jauhari, seorang guru asal Iran yang menyukai tata bahasa Arab. Al-Jauhari menggunakan pesawat terbang tak di kenal yang diluncurkannya dari atas atap masjid tua Nishabur di Khurasan, Turkistan.

Baca Juga

Pada tahun 1162, saat berkecamuk Perang Salib, para tentara Muslim sudah menggunakan pesawat terbang untuk melakukan serangan. Para Saracen (Muslim zaman Perang Salib) berdiri di atas Hippodrome Constantinople dengan sebuah peralat an terbang seperti jubah. Marcopolo dalam sebuah perjalanannya mencatatnya sebagai aksi terbang layang di Asia Timur.

Bagi Marcopolo, itu sebuah aksi yang misterius yang teka-tekinya tidak terungkap. Hingga pada abad 16, Leonardo Da Vinci mencoba memecahkan teka-teki pesawat terbang yang diperkenalkan Ibnu Firnas. Da Vinci merasa terkunci dengan misteri burung-burung hingga jenius Italia itu melakukan pembedahan terhadap unggas yang menghasilkan rancangan mesin terbang yang diikatkan di punggung seorang laki-laki.

Setelah Da Vinci, percobaan penerbangan yang lebih modern berhasil dilakukan oleh Hezarfen Ahmed Celebi, pilot Turki paling terkenal pada masa Khalifah Usmani di bawah pemerintahan Sultan Murad IV. Diilhami rancang an Da Vinci, dengan mengoreksi beberapa bagian dan sistem keseimbangannya, Hezarfen bereksperimen pada burung rajawali. Setelah melakukan sembilan kali percobaan, Hezarfen menemukan formula yang cocok untuk sayap pesawatnya. Pada tahun 1638, dengan ketinggian 183 kaki dari Galata Tower di dekat Bosporus Istanbul, Turki, Hezarfen melakukan uji coba penerbangan.

Dia terbang melintasi Uskudar, lalu berbelok ke Bosporus. Hezarfen mendarat mulus di sebuah tempat di Borporus. Peristiwa ini direkam oleh penulis perempuan Evliya Celebi dalam bukunya Seyahatname (Catatan Perjalanan). Prototipe pesawat Hezarfen inilah yang 200 tahun kemudian menjadi bahan percobaan di tempat lain oleh Wright Bersaudara pada Desember 1903.

Meski dunia penerbangan telah melampaui khayalan Abbas Ibnu Firnas, sosoknya tetap terpatri di kalangan Muslim. Parasnya kini hanya bisa ditemui tercetak di atas sebuah perangko buatan Libya. Tubuhnya tercetak pada kegagahan patung dan nama lapangan terbang di Kota Baghdad, Irak. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu sebutan untuk kawah permukaan di Bulan. Namun, pemikirannya tetap mengilhami dunia sains modern.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement