Kamis 03 Nov 2022 02:00 WIB

Ahli-Ahli Geografi pada Periode Abbasiyah

Pada periode Abbasiyah melahirkan banyak ahli geografi

Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

IHRAM.CO.ID, Pada periode Abbasiyah melahirkan ahli geografi dan petualang Islam terkemuka, al-Idrisi. Tahun 1139 Masehi, al-Idrisi membuat peta dunia yang sangat terkenal untuk raja Norman, Roger, dari Sisilia.

Peta ini lantas dikenal dengan nama Book of Roger atau dalam bahasa Arab, Kitab Rudjdjar. Menurut Ehsan Masood, dalam Ilmuwan-ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, dalam petanya, al-Idrisi menggambarkan iklim, masyarakat, dan berbagai produk dari sejumlah tempat di dunia. Ada juga kisah tentang seorang navigator Maroko.

Baca Juga

Menurut al-Idrisi, sang navigator itu terlempar dari jalur perjalannya di Samudra Atlantik dan berlayar ke barat selama 30 hari. Kemudian, orang tersebut menyampaikan kisah tentang tanah yang subur di seberang samudra.

Sejatinya, para ahli geografi Islam awal, selain telah sanggup menghitung garis bujur dan lintang utama, juga mampu menggambarkan karakteristik topografi dari suatu wilayah secara teperinci. Risalah-risalah geografi bahasa Arab pertama yang independen sudah menyertakan sederet informasi kewilayahan dalam berbagai aspek.

Karya ibnu Khurdadzbih (meninggal pada 912 Masehi), yakni al-Masalik wa al-Mamalik, terkenal dengan topografi historisnya. Tahun 891-892 Masehi, Ibnu Wadhih al-Yaqubi dalam Kitab al Buldan atau Buku Negeri-negeri juga menyajikan secara perinci topografi dan kondisi ekonomi suatu negeri.

Karya lainnya adalah al-Kharaj dari Qudamah, yang menerangkan pembagian wilayah kekhalifahan ke dalam provinsi, organisasi layanan pos, dan pajak dari setiap wilayah. Tak selang berapa lama, mengemuka nama Ibnu Rustah melalui al A'laq al Nafisah yang  banyak membahas ketentuan bepergian.

Pencapaian penting dilakukan oleh al-Ishthakhri. Lewat karya Masalik al-Mamalik, dia membuat peta berwarna dari masing-masing negeri. Philip K Hitti menyatakan, karya itu adalah pengembangan dari sistem geografi yang disusun Abu Zayd al-Balkhi. Ahli geografi sistematis lainnya adalah al-Maqdisi atau al-Muqaddasi.

Cendekiawan Muslim itu tercatat sudah mengunjungi hampir seluruh negeri Islam, kecuali Spanyol, Sijistan, dan India. Pada 985-986 Masehi, ia menuliskan seluruh pengalaman perjalanannya dalam karya Ahsan al-Taqasin fi Ma'rifat al-Aqalim atau Klasifikasi Ilmu Geografi yang Terbaik yang memukau.

Sebelum masa dinasti kejayaan Dinasti Abbasiyah berakhir, muncul sosok ahli geografi besar, Yaqut ibnu Abdullah al Hamawi (1179-1229). Ia menuliskan kamus geografi Mu'jam al-Buldan. Kamus ini kerap disejajarkan dengan kamus profesional Mu'jam al- Udaba.

Draf awal kamus geografi ini ditulis di Mosul, Irak, pada 1224 Masehi dan baru selesai empat tahun kemudian di Aleppo, Suriah. Karya itu memuat nama berbagai tempat yang disusun secara alfabetis. Ini merupakan ensiklopedia yang cukup penting karena berisi informasi geografi dan sejarah serta etnografi.

Perhatian besar terhadap geografi juga ditunjukkan dengan pendirian lembaga pendidikan Balkhi, yang melahirkan Atlas Islamicus. Ralph W Brauer dalam Bounderies and Frontiers in Medieval Muslim Geography mengungkapkan, beberapa ahli geografi Muslim ternama, seperti al Idrisi serta Ibnu Hauqal, pernah bergabung di sini. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement