IHRAM.CO.ID,Dicintai rakyat, ditakuti musuh, dan dihormati kawan. Itulah yang membuat Abdurrahman III - khalifah pertama Dinasti Umayyah di Cordoba, Spanyol -- didaulat sebagai penguasa Eropa terbesar pada abad ke-10 M. Pada masa kekuasaannya (929 M - 961 M), Cordoba menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan, sastra, seni, budaya, serta ekonomi terkemuka di seantero Eropa dan dunia.
Di era itu, Spanyol Muslim menjadi salah satu adikuasa dunia setelah Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Cordoba pun menjadi semacam 'gula peradaban' yang dikerubuti para 'semut pelajar' dari berbagai belahan dunia. Eropa sungguh sangat berutang budi terhadap keberhasilan Khalifah Abdurrahman III dalam membangun institusi pendidikan.
Betapa tidak. Beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Cordoba, yang didirikan pada era kepemimpinan Abdurrahman III telah menjadi semacam 'kawah candra dimuka' bagi para pelajar Eropa yang kemudian menjadi para pemimpin yang membebaskan peradaban Barat dari kegelapan melalui 'renaisans'. Berbekal ilmu pengetahuan yang ditransfer dari dunia Muslim, Eropa akhirnya terbebas dari belenggu kebodohan.
''Dialah pendiri kerajaan Islam di Cordoba,'' cetus Sejarawan Amir Ali. Berkat pengaruh dan kekuasaannya yang begitu besar, Abdurrahman III - awalnya seorang Emir Cordoba (912 M - 929 M) - yang merupakan perpanjangan tangan kekhalifahan Islam yang berpusat di Jazirah Arab akhirnya mendeklarasikan berdirinya kekhalifahan yang merdeka di benua Eropa.
Sejak tahun 929 M, Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir atau 'Sang Pemenang' itu mendaulat dirinya sebagai khalifah pertama Dinasti Umayyah di Eropa. Dia mampu menyatukan orang-orang Andalusia yang gemar berperang dan mendapat pengaruh luar. Semua suku yang tadinya kerap berperang itu kemudian mendukung kepemimpinan Khalifah Abdurrahman III. Dalam kurun waktu yang tak terlalu lama, Abdurrahman III berhasil membangun sebuah pemerintahan Islam yang berpusat di Spanyol.