IHRAM.CO.ID, Jabatan Amir Cordoba diemban Abdurrahman III saat menginjak usia 22 tahun. Dia adalah cucu Amir Cordoba sebelumnya yakni Abdullah bin Muhammad. Meski begitu, dia sangat berbeda dari sang kakek. Jika Abdullah bin Muhammad tercatat dalam sejarah sebagai penguasa Andalusia yang paling lemah, Abdurrahman III justru dikenang sebagai penguasa terbesar dan paling sukses di Andalusia.
Abdurrahman terlahir di Cordoba pada 7 Januari 891 itu mengemban amanah sebagai Amir Cordoba selama 17 tahun (912 M - 929 M). Selama berkuasa sebagai Amir, Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir mampu mengembalikan kekuasaan Islam di Iberia yang sempat pudar di era kekuasaan sang kakek.
Tak cuma itu, Abdurrahman III bahkan sanggup melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke wilayah Afrika Utara. Bermodalkan pasukan tentara yang tangguh di darat dan kuat di laut, pada 16 Januari 929M Abdurrahman III memproklamirkan berdirinya Kekhalifihan Islam di Andalusia alias Spanyol.
Ia pun mengangkat dirinya sebagai khalifah pertama Dinasti Umayyah pertama yang berpusat di Cordoba. Dengan posisi itu, Abdurrahman III bukan lagi perpanjangan tangan Dinasti Abbasiyah di Baghdad - melainkan sejajar dengan Khalifah Dinasti Fatimiyah di Afrika dan Bani Abbasiyah di Baghdad.
Abdurrahman III adalah keturunan Bani Umayyah yang meloloskan diri ke Spanyol ketika Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah. Merasa bukan bagian dari Dinasti Abbasiyah, Abdurrahman pun merasa layak untuk memproklamirkan diri sebagai kehalifahan independen yang bebas dari pengaruh kerajaan lainnya. Pada saat itu, Islam memiliki tiga kekhalifahan besar yang berkuasa di tiga benua, yakni Afrika, Asia, dan Eropa.
Tak hanya sejajar dengan khalifah lainnya di Baghdad dan Afrika, Abdurrahman III pun menjelma menjadi penguasa Eropa yang disegani para raja-raja Kristen di benua itu. Selama 32 tahun menjadi khalifah, dia sukses membangun negara dan pemerintahannya. Abdurrahman III mampu membangun Madinah Az-Zahra, sebuah kota dengan kompleks istana sekitar 5 km dari Kordoba, pada tahun 936 hingga 940 M.
Salah satu kunci kekuatan Khalifah Abdurrahman III adalah kemampuannya membangun kekuatan militer dan polisi rahasia. Pemerintahannya juga banyak menyewa tentara bayaran untuk memperkuat negara. Dengan kekuatan yang besar itulah, Kekhalifahan Cordoba mampu menikmati suasana kedamaian. Sehingga, roda perekonomian negara itu berputar dengan kencang. Rakyatnya pun menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Sejarawan dan Orientalis Barat, Phillip K Hitti, memuji keberhasilan Khalifah Abdurrahman III. ''Muslim Spanyol telah menulis salah satu lembaran paling penting dalam sejarah intelektual Eropa di abad pertengahan,'' ujarnya. Di era pemerintahan Abdurrahman III, Spanyol Muslim menjelma menjadi 'obor' peradaban dan budaya dunia.
Khalifah yang menjalankan kekuasaannya di Cordoba hampir separuh abad, 17 tahun sebagai Amir dan 32 tahun sebagai khalifah itu akhirnya tutup usia pada 16 Oktober 961 M. Ia dimakamkan di Alcazar, Cordoba. Khalifah Abdurrahman An-Nasir itu memiliki enam orang anak yakni, Abdul Malik, Ubaidillah, Al-Hakam, Al-Mughirah, Sulaiman, dan Abdul Jabbar.
Sang khalifah sempat berkata, ''Sekarang aku telah berkuasa lebih dari lima puluh tahun dalam kemenangan maupun perdamaian; dicintai oleh rakyatku, ditakuti oleh musuh-musuhku, dan dihormati oleh sekutu-sekutuku. Kekayaan dan kehormatan, kekuasaan dan kesenangan, telah menungguku, dan tidaklah keberkahan duniawi tampak menginginkan kebahagiaanku. Dalam keadaan ini, aku telah menghitung hari-hari kebahagiaan asli dan sejati yang telah dianugrahkan pada diriku, jumlahnya hanya empat belas."