Senin 05 Jun 2023 22:26 WIB

Cegah Heat Stroke Selama di Tanah Suci, Dokter Imbau Jamaah Haji Lakukan Ini

Penyebab terjadinya heat stroke adalah kekurangan cairan tubuh.

Jamaah haji kepanasan (ilustrasi). Jamaah haji diimbau mewaspadai heat stroke.
Foto: Republika
Jamaah haji kepanasan (ilustrasi). Jamaah haji diimbau mewaspadai heat stroke.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati kesehatan dr Reisa Broto Asmoro mengimbau jamaah haji mewaspadai bahaya terkena heat stroke. Heat stroke adalah sebuah kondisi di mana tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan akibat sengatan cuaca yang amat panas selama beribadah di Tanah Suci.

"Kala dilihat suhunya sebenarnya bisa sampai 40 derajat Celsius lebih. Ini memang biasa terjadi di bulan Mei-Juni, masuk musim panas. Jadi di sana suhunya pasti tinggi apalagi kalau di Madinah, kelembapan udaranya lebih rendah, jadi harus kita antisipasi," kata Reisa dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (5/6/2023).

Baca Juga

Karena pada tahun ini banyak lansia yang ikut menjadi peserta jamaah haji, kata dia, setiap pihak harus saling memerhatikan kesehatan satu sama lain selama di Tanah Suci. Menurutnya, meski masyarakat Indonesia terbiasa hidup dengan iklim tropis dan terbiasa dengan panas, tetap terdapat kemungkinan jamaah tidak terbiasa beraktivitas di bawah sinar matahari sehingga dikhawatirkan terserang heat stroke.

Juru bicara pemerintah untuk Penanganan Covid-19 itu menyebut penyebab terjadinya heat stroke adalah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Ia menyebut ibadah haji merupakan aktivitas fisik yang mengharuskan jamaah berjalan jauh, yang menyebabkan cairan tubuh mudah berkurang dengan cepat tanpa disadari.

Kondisi itu berisiko membuat jamaah mengalami gejala dehidrasi yang dimulai dari haus, dilanjutkan dengan pusing, lemas, banyak berkeringat, kram otak, hingga pingsan atau langsung terkena heat stroke. Bila terkena heat stroke, katanya, peserta pasti sudah terkena heat exhaustion atau kondisi di mana jumlah cairan yang keluar dari tubuh lebih banyak dibandingkan perkiraan jumlah cairan yang dikonsumsi. Bila suhu tubuh terus meningkat, bisa pula terjadi gangguan seperti strok dan gangguan otak, jantung atau ginjal, sehingga tim medis harus bergerak cepat untuk menyelamatkan jamaah.

"Terutama pada lansia, karena ada sensasi haus lansia yang sedikit lambat, harus diingatkan. Mereka kadang-kadang sibuk berdoa, tidak ingat minum, jadi untuk sekitarnya dan tim medisnya dalam satu rombongan semua harus saling mengingatkan," ujarnya.

Agar terhindar dari heat stroke, kata dia, jamaah tetap mengonsumsi cairan paling tidak meminum 250 mili air setiap satu jam agar cairan tubuh tetap terjaga. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membawa payung, semprotan air, serta bawa kipas agar terhindar dari sengatan cuaca panas.

Reisa turut mengimbau semua jamaah haji yang berada di Tanah Suci untuk tetap merawat kondisi kakinya dengan menggunakan alas kaki, agar telapak kaki tidak melepuh akibat berjalan jauh di jalanan yang panas, termasuk menjaga saluran pernafasannya sehingga terhindar dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang memicu batuk dan pilek. "Ini yang harus hati-hati dan harus disiapkan dengan perawatan kakinya agar jangan sampai melepuh di sana. Alas kaki pastikan dengan nyaman dan selalu digunakan selama berada di sana," kata Reisa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement