Rabu 18 Sep 2013 12:27 WIB

Agar Jamaah Tak Tersesat Selama di Tanah Suci

Seorang petugas haji Indonesia yang bertugas di Sektor Khusus Masjidil Haram sedang menuntun jamaah sepuh yang tersesat.
Foto: Republika/Heri Ruslan
Seorang petugas haji Indonesia yang bertugas di Sektor Khusus Masjidil Haram sedang menuntun jamaah sepuh yang tersesat.

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum, Wr Wb

Ustaz, selama di Tanah Suci banyak jamaah haji yang tersesat atau lupa jalan keluar di Masjidil Haram  atau lupa jalan menuju penginapan. Bagaimana agar hal itu tidak terjadi dan apa yang harus kita lakukan jika kita tersesat atau lupa jalan selama di Tanah Suci ?

Kelik N

Tasikmalaya, Jawa Barat

Jawab:

Waalaikumussalam Wr Wb,

Persoalan jamaah yang tersesat termasuk kasus umum dalam ibadah haji. Hal ini bisa terjadi mengingat lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan di tanah air atau ditempat kita tinggal. Jumlah dan latar belakang serta keragaman orang yang ada disana, membuat kita tidak mudah berkomunikasi.

 

Tersesat di Masjidil Haram seperti aneh tapi bisa wajar juga. Masjidnya besar dengan sudut yang mungkin belum kita kenal. Di tengah ada Baitullah dimana orang berputar thawaf. Arah mata angin tidak mudah dihafal. Mana utara mana selatan, barat atau timur. Untuk pertama datang tak mudah untuk diketahui. Belum lagi soal “teknis” seperti itu tak masuk dalam manasik. 

Orang begitu banyak didalam, pintu keluar dan masuk jumlahnya banyak dan relatif sama bentuknya.  Ketika kita “tersesat” dalam Masjid tentu jangan panik, yang perlu diketahui adalah saat masuk pertama adalah pintu apa dan bila perlu nomor berapa. Itulah yang selalu dasar pertanyaan kepada siapapun yang akan kita tanyakan. 

Yang paling sering adalah tersesat ketika akan kembali dari Masjid ke penginapan/pondokan. Ini disebabkan saat masuk dan saat keluar Masjid dari pintu yang berbeda. Lalu kita berjalan terus ke jalan yang terasa semakin asing. Setiap mencari jalan selalu tak ditemukan. Akhirnya bingung dan panik. Mau bertanya tak bisa berbahasa Arab. Lebih repot lagi daerah pemondokan pun kita tak tahu namanya.

Cara menghindari agar kita tidak tersesat:

Pertama, mengetahui nama daerah di mana kita menginap, bila perlu ciri-ciri spesifiknya. Bila kita tak tahu tanyakan kepada pembimbing atau petugas kloter. Mengenal area kita tinggal adalah modal utama.

Kedua, ketika berjalan menuju Masjidil Haram jangan segan-segan untuk sering-sering menoleh ke belakang melihat jalan atau bangunan-bangunan yang telah dilalui, itulah jalan menuju ke pemondokan kita nantinya.

Ketiga,  menghafal pintu saat kita masuk ke Masjidil Haram, misalnya dari pintu Malik Abdul Azis atau pintu Malik Fahd. Nantinya dari manapun kita keluar, misalnya dari Marwah, maka carilah pintu masuk kita tadi itu. Lalu pulang seperti kita datang.

Keempat, usahakan selalu berada dalam kelompok atau jamaah, tidak over confidence bisa melakukan ibadah sendirian. Ada teman berdiskusi mengenai banyak hal termasuk arah kepulangan.

Kelima, prepare dengan segala identitas yang diberikan, baik gelang jamaah, gelang dari Maktab, kartu pondokan/hotel  atau identitas KBIH. Sewaktu waktu dapat ditunjukkan ketika diperlukan.

Keenam, berdo’a antara lain ”Allahumma a’uudzubika an adlilla aw udlilla aw azilla aw uzalla aw adzlima aw udzlama aw ajhala aw yujhala alayya” (Ya Allah, hamba berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, dan dari tergelincir atau digelincirkan atau dari menganiaya atau dianiaya, dari bodoh atau dibodohi)---HR Abu Daud. 

Dalam hal jamaah tersesat, maka usahakan jangan panik yang menimbulkan depresi. Lebih baik kembali ke Masjidil Haram hingga ada yang menemukan disana nantinya. Atau mencari Kantor Sektor terdekat.

Di Kantor Sektor manapun kita berada,  akan diantar oleh petugas ke pemondokan kita kembali. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement