Sabtu 28 Sep 2013 06:48 WIB

Malaysia Terapkan Metode Baru Pantau Jamaah

Rep: Nur Hasan Murtaji/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Kota Suci Makkah, Arab Saudi.
Foto: contructionweekonline.com
Kota Suci Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Proyek renovasi Masjidil Haram membuat Malaysia memantau ketat jamaah mereka. Malaysia menerapkan sistem baru untuk memantau pergerakan masing-masing jamaah.

Senior General Manager Haj Lembaga Tabung Haji Malaysia, Syed Saleh mengatakan, setiap jamaah Malaysia diwajibkan mengenakan lencana ukuran besar berwarna terang mencolok yang tampak terlihat dari arah depan maupun belakang. Lencana itu mereka pakai ketika baru tiba Makkah. Kalau kebingungan di jalan, baik dari pemondokan ke Masjidil Haram atau sebaliknya, mereka mudah dikenali dari lencana yang dikenakan.

"Lencana itu berwarna oranye dan berukuran besar sehingga memudahkan orang membawa pulang jamaah yang tersesat," kata Syed Saleh saat melakukan pertemuan dengan Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat di Hotel Jirand Al-Taisieer, Makkah, Jumat (27/9). Sebelum berangkat dari pemondokan menuju Masjidil Haram, jamaah dicatat. Ketika pulang sampai di pemondokan pun, pencatatan diulangi, apakah jumlah jamaah sama dengan ketika pergi.

Malaysia juga mengerahkan pasukan peronda yang bertugas di area Masjidil Haram. Tugas peronda ini membantu jamaah yang tersesat jalan dan melakukan pengawalan. Malaysia memiliki 600 petugas ronda dan 250 petugas pengobatan.

Rata-rata jarak pemondokan ke Masjidil Haram sekitar 1.000 meter, tidak membutuhkan waktu lama bagi jamaah Malaysia melakukan umrah atau sai. "Jika hingga empat jam belum juga kembali ke pemondokan, peronda akan mengumumkan jamaah yang belum kembali itu," kata Syed.

Mengenai pemantauan jamaah, Indonesia pun telah menerapkan sistem serupa. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji mengaktifkan Sektor Khusus yang bertugas memantau dan membantu jamaah selama berada di area Masjidil Haram. Sebanyak 38 petugas dari unsur TNI/Polri diperbantukan di Masjidil Haram untuk mengamankan jamaah dari aksi kriminal maupun tersesat jalan. Bahkan, mulai 26 September, petugas Sektor Khusus ditambah 37 orang.

Ketua Rombongan Haji Malaysia ini menambahkan, pemondokan yang disewa Malaysia kebanyakan terikat kontrak jangka panjang tiga hingga lima tahun dan sudah berlaku sejak beberapa tahun terakhir. Dia menegaskan Malaysia tidak memiliki bangunan khusus bagi jamaah hajinya di Makkah maupun Madinah karena Pemerintah Arab Saudi melarang warga asing memilikinya, tapi menyewa untuk jangka panjang.

Adapun pemondokan bagi jamaah haji Indonesia bervariasi, dari mulai jarak terdekat 600 meter hingga 2.700 meter. Menurut Arsyad, jarak ke Masjidil Haram kini tak lagi menjadi isu penting asalkan didukung dengan sarana transportasi yang nyaman dan memadai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement