Laporan dari wartawan Republika di Makkah, Yeyen Rostiyani
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia jangan sampai terjebak para calo dam selama berhaji di Tanah Suci. Menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU), Anggito Abimanyu, Pemerintah sedang mencari peluang untuk menjalin Nota Kesepahaman dengan pihak Arab Saudi agar pemotongan hewan dam dan qurban dilakukan di tempat resmi.
“Selama ini pemotongan hewan tersebut dilakukan agak liar, kadang calo dan pemotong yang bermain,” kata Anggito saat mengunjungi pasar hewan Kaqiya dan Cow and Camel Slaughter House, keduanya masih di wilayah Makkah, Jumat (11/1).
Anggito berharap, nanti jamaah haji Indonesia dapat membeli hewan dam di tempat-tempat yang resmi. Langkah tersebut sedang dirintis dengan menggandeng Islamic Development Bank (IDB) dan rumah pemotongan hewan yang resmi.
“Yang penting, jamaah tidak tertipu oleh broker (calo) dan jamaah juga bisa memilih akan didistribusikan ke mana daging tersebut,” katanya.
Saat ini jamaah haji Indoesia kerap membeli hewan untuk dam secara kolektif tiap rombongan melalui orang-orang yang belakangan diketahui bertindak sebagai calo. Di pasar Kaqiya misalnya, seorang calo asal Indonesia mematok harga kambing 350 riyal Saudi (SAR) per ekor. Ia tidak bisa menjelaskan dari mana kambing itu akan diperolehnya karena harga yang dipatok itu di bawah harga pasar.
Sementara jamaah Indonesia biasanya mengaku percaya sepenuhnya pada sang calo. Padahal, tak jarang terjadi unsur penipuan dalam praktik pembelian hewan ini.
Kasus penipuan diharapkan bisa dihindari jika jamaah membeli hewan dam atau qurban di tempat resmi. Di Cow and Camel Slaughter House di Muissim, misalnya, hewan yang dijual dijamin kesehatannya dengan sertifikat resmi. Rumah pemotongan hewan (RPH) yang baru diresmikan setahun lalu ini sudah bekerja sama dengan 14 negara untuk mengelola hewan dam jamaah haji.
“Pembeli dapat memilih unta di sini dan kisaran harganya 3000-3500 SAR. Jika kami yang memotong, ongkosnya 150 SAR dan itu sudah termasuk semuanya,” kata kepala Humas IDB, Khaled Nazer.
Nazer menambahkan, ongkos 150 SAR itu sudah termasuk pengulitan hingga dipotong-potong menjadi frozen meat (daging beku). Di RPH Muissim, pemotongan dilakukan secara otomatis oleh mesin yang mirip dengan sistem ban berjalan.
"Biasanya para pembeli datang secara berombongan misalnya dengan bus. Tujuh orang akan berpatungan untuk membeli satu ekor unta," kata Khaled.
Pembeli dapat memilih sendiri hewan yang akan dibeli. Khusus unta, mereka boleh melakukan tawar-menawar soal harga. Hewan yang sudah dibeli jamaah akan diberi tanda khusus. Hewan-hewan tersebut kemudian akan digiring oleh hewan yang dilatih khusus untuk memimpin rombongan hewan itu memasuki ruang pemotongan. Setelah disembelih, hewan itu akan dikuliti kemudian diproses hingga dibekukan menjadi daging beku.
Jamaah dapat memilih akan disalurkan ke mana daging yang sudah beku ini ke Negara-negara yang dikehendaki. Jika ingin diproses lebih lanjut misalnya dikalengkan, daging beku itu akan dikirimkan ke London, Inggris.