REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Marzuki Alie menilai jajaran Ditjen Haji dan Umrah Kementerian Agama telah bekerja keras memperbaiki pelayanan haji bagi jemaah calon haji Indonesia.
Marzuki dalam keterangan pers di Jakarta, Ahad malam, juga mengapresiasi sikap Dirjen Haji dan Umrah Anggito Abimanyu yang mau mengakui kekurangan serta terus melaksanakan perbaikan pelayanan ibadah haji.
"Saya melihat banyak perbaikan-perbaikan yang telah dilaksanakan dengan baik oleh jajaran Dirjen Haji dan Umrah secara khusus dan Kementerian Agama secara umum," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menyampaikan apresiasi. "Saya melihat sikap Anggito terus terang dan jujur mengakui kekurangan-kekurangan itu, tidak seperti sebelumnya semua dibantah seolah semua sudah sempurna," kata Marzuki dalam pertemuan dengan jajaran Kementerian Agama di Mekah.
Menurut dia, DPR RI menilai kementerian tersebut telah kerja keras dan petugas haji telah mempersiapkan semua fasilitas yang diperlukan bagi jemaah. Namun, harus juga diakui masih ada kekurangan-kekurangan yang harus terus diperbaiki.
"Harus diakui juga masih ada pemondokan yang di bawah standar khususnya di sektor IV Bahutmah. Dalam pengecekan ke lapangan, situasi pemondokan jemaah di sektor IV sangat memprihatikan. Lift hanya satu untuk 600 anggota jemaah. AC-nya tidak nyala sehingga udara panas," katanya.
Selain itu, kata dia, masih ada pemondokan yang letaknya jauh dari Masjidilharam sehigga para anggota jemaah harus menggunakan uang "living cost" mereka selama di Mekah. Marzuki pun meminta Dirjen Haji dan Umrah untuk mengusulkan kepada Komisi VIII DPR RI agar jemaah tersebut diberikan kompensasi.
"Dirjen menjanjikan akan merenegosiasi pemilik rumah, berapa pun yang dikembalikan akan diserahkan kepada jemaah," kata Marzuki.
Dia pun berharap kepada Dirjen Haji dan Umrah agar para jemaah selama di Mekah mengurangi "living cost" dan memberikan konsumsi kepada para jemaah seperti halnya di Madinah.
Kepada para petugas kesehatan, Marzuki juga mengingatkan agar disediakan obat-obatan untuk berbagai penyakit. "Orang yang berhaji datang dari seluruh penjuru dunia maka penyakitnya pun datang dari seluruh dunia. Kita juga harus bisa menyiapkan obat-obatan dari penyakit-penyaki yang meski tidak ada di Indonesia, bisa muncul di Tanah Suci menjangkiti jemaah indonesia," katanya.