REPUBLIKA.CO.ID, ARAFAH -- Gara-gara mobil ambulans milik Kantor Kesehatan Republik Indonesia tak berstiker keluaran Pemerintah Saudi, Balai Kesehatan Haji Indonesia kesulitan mengevakuasi jamaah haji yang sakit.
Kejadian ini bermula ketika seorang pasien hendak dirujuk ke rumah sakit di Aziziyah. Namun, tiga ambulans yang ada masih digunakan untuk mengangkut jamaah sakit lainnya. Ada kendaraan tapi tidak berstiker. Pemerintah Saudi hanya mengizinkan mobil berstiker untuk keluar masuk wilayah Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armina).
Mobil tak berstiker yang ada, kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Anggito Abimanyu, sudah lebih dulu berada di Kantor Urusan Haji Indonesia di Arafah sebelum prosesi puncak haji. "Akhirnya saya manfaatkan kendaraan dinas dirjen untuk evakuasi, sekarang pasien tersebut sudah berada di rumah sakit di Aziziyah," kata Anggito, Senin (14/10).
Pasien itu, ungkap Anggito, memiliki penyakit kronis paru sehingga mesti dirawat di rumah sakit. "Karena itu sudah berbahaya," katanya.
Keterbatasan ambulans --ada tiga ambulans berstiker milik BPHI, di sisi lain jumlah pasien yang mengalir terus. "BPHI menghubungi saya kekurangan kendaraan untuk evakuasi jamaah. Saya bilang ada mobil, tapi seadanya," kata mantan kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu ini.
Kebijakan mobil berstiker yang hanya boleh masuk ke wilayah prosesi puncak haji juga menyulitkan rombongan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla. Menurut Wakil Kepala Satuan Operasi Armina Kasmudi, kendaraan rombongan JK sempat tertahan di pintu masuk Arafah. "Mobilnya nggak berstiker. Di sini, siapa pun harus mengikuti aturan," kata Kasmudi.
Semestinya pada Senin pukul 06.30 mereka sudah sampai di Kantor Urusan Haji Indonesia. Namun karena tertahan, mereka belum masuk ke maktab yang dihuni jamaah Indonesia. "Sekarang mereka dijemput mobil kita yang berstiker. Ada tiga mobil yang digunakan," kata Kasmudi.
Anggito menambahkan, alokasi kendaraan berstiker untuk operasional haji Indonesia memang terbatas. Indonesia hanya diizinkan 20 mobilnya berstiker, padahal ada 150 mobil yang dimiliki Indonesia. Indonesia hanya diperbolehkan menyewa kendaraan milik warga Saudi. "Jumlah lansia yang mesti dievakuasi di luar perkiraan," kata Anggito.