Sabtu 26 Oct 2013 12:00 WIB

Ngajiran Ditemukan Wafat di Makkah

Jamaah haji setelah melakukan lempar jumrah di Mina
Foto: AFP
Jamaah haji setelah melakukan lempar jumrah di Mina

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ngajiran (53 tahun), jamaah haji asal Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang dinyatakan hilang setelah dirujuk ke rumah sakit di Mina (19/10) akhirnya ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia. Keberadaan Ngajiran sulit terdeteksi karena dia dianggap sebagai jamaah asal Malaysia.

“Selama ini ia tidak terdeteksi karena data yang tercatat menyebutkan (dia) asal Malaysia,” kata Kepala Seksi Pengamanan Daerah Kerja Makkah Letkol Caj Asep Abdullah, seperti dilaporkan wartawan Republika Nur Hasan Murtiaji dari Makkah, Rabu (23/10) sore waktu setempat.

Asep mengaku menemukan jenazah Ngajiran di RS King Faisal Shisha, Makkah, Rabu, pukul 12.00 waktu setempat. Ketika sampai di rumah sakit, dia pun langsung menuju kamar jenazah.

Oleh pihak rumah sakit Asep disodori foto kecil yang diyakini sebagai Ngajiran, tapi dengan identitas Malaysia.  Dia pun baru yakin dia adalah jamaah asal Indonesia setelah melihat gelangnya.

“Lalu saya izin untuk melihat langsung ke kamar jenazah. Dari gelangnya diketahui bahwa dia dari Kloter SUB-7 (Surabaya),” katanya.

Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat menjelaskan, menurut surat pemberitahuan dari RS King Faisal Shisha, Ngajiran meninggal dunia di RS Mina Al Jisr pada 19 Oktober pukul 07.27 waktu setempat.

“Tetapi ditulis berkebangsaan Malaysia, sehingga agak lama teridentifikasinya. Tapi, setelah kami tahu namanya dan gelangnya, saya yakin dia jamaah haji Indonesia,” kata Arsyad.

Saat ini, kata dia, informasi tersebut telah diberitahukan ke maktab yang bersangkutan, yakni Maktab 11, untuk proses pemakaman.

“Secepatnya akan dimakamkan setelah surat dari maktab keluar bahwa itu jamaahnya. Akan dimakamkan di Pemakaman Saraya.”

Ngajiran adalah anggota kloter tujuh embarkasi Surabaya (SUB-7) yang seharusnya pulang ke Tanah Air pada Rabu (23/10) pukul 07.05 waktu setempat. Tapi, takdir Allah berkata lain, dia wafat di Tanah Suci.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, jumlah kematian jamaah haji pada 2013 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sampai 22 Oktober, tercatat ada 139 jamaah meninggal dunia atau 0,82 per 1.000 jamaah. Angka ini lebih rendah dari 2012, yaitu 275 orang atau 1,30 per 1.000.

Begitu pula dibandingkan 2011 sebanyak 264 orang atau 1,18 per 1.000 berdasarkan periode waktu yang sama,” ujar Tjandra yang juga merupakan Ketua Tim Pengawasan Pengendalian Kesehatan Haji 2013.

 

Tjandra berharap, agar rendahnya angka kematian tersebut akan tetap terjaga baik hingga musim haji usai dan seluruh jamaah telah kembali ke kampung halaman masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement