REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH - Setiap jamaah haji Malaysia dilengkapi dengan kartu yang di dalamnya terdapat barcode. Barcode ini merupakan penanda bagi jamaah untuk melakukan transaksi keuangan selama di Arab Saudi.
Menurut Ketua Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat, adanya barcode ini memudahkan jamaah haji Malaysia bertransaksi keuangan saat menunaikan ibadah haji.
“Barcode di kartu itu untuk membaca data jamaah, jadi semacam kartu debit,” kata Arsyad saat dihubungi Media Center Haji, Ahad (27/10).
Arsyad dan Direktur Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Sri Ilham Lubis bertemu dengan Ketua Rombongan Haji Malaysia Syed Saleh pada Sabtu (27/10) malam di kantor Tabung Haji di Makkah. Syed Saleh juga menjabat sebagai senior general manager (Haj) Lembaga Tabung Haji.
Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan pada 27 September lalu. Saat itu Syed Saleh menemui Arsyad di Makkah.
Menurut Arsyad, penggunaan barcode ini memudahkan jamaah haji Malaysia melakukan transaksi karena tidak perlu lagi menggunakan uang tunai.
Pihak Tabung Haji kemudian menyediakan card reader barcode tersebut yang dibawa langsung dari Malaysia. Barcode ini langsung terkoneksi dengan perbankan di Kuala Lumpur dan akun Tabung Haji. Jamaah bisa mengetahui di akunnya berapa uang tersisa yang dimiliki.
Salah satu kegunaan kartu ini adalah untuk pembayaran dam haji. Jamaah haji Malaysia tinggal mendatangi counter yang di situ terdapat card reader guna membayar dam. “Kalau mau membayar dam, tinggal menunjukkan kartu tersebut,” kata Arsyad.
Demikian pula jika jamaah haji Malaysia itu hendak mengirimkan barang dari Saudi ke negaranya melalui jasa pos ataupun kargo.
Sang jamaah tinggal memperlihatkan kartu ke petugas. Biaya pengiriman akan langsung dipotong dari uang yang tersimpan di kartu tersebut.
Pertemuan dengan pihak Tabung Haji ini merupakan bagian dari langkah Kemenag untuk menggali pengalaman dari negara lain terkait layanan haji. Layanan transaksi keuangan ini adalah salah satu yang bisa ditiru otoritas haji Indonesia.
Jumlah jamaah haji Malaysia kalah jauh dengan Indonesia. Malaysia hanya 22 ribu jamaah setelah dipotong kuota 20 persen. Bandingkan dengan jumlah jamaah Indonesia yang mencapai 168.800 orang.
Perbedaan lainnya dalam layanan haji Malaysia adalah soal pemondokan. Tempat tinggal jamaah haji Malaysia terjauh berada di 1.300 meter dari Masjidil Haram.
Gedung yang ditempati jamaah juga tidak terlalu banyak, ada 8-10 hotel. Bandingkan dengan jamaah Indonesia yang menempati 200 unit pemondokan.
Pemondokan mereka tersebar di wilayah Syib Amir, Jarwal, dan Misfalah. Karena jaraknya yang relatif dekat dengan Masjidil Haram, mereka tak disediakan sarana transportasi.