Jumat 05 Sep 2014 19:30 WIB

Meluruskan Niat Kala Berhaji (1)

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Chairul Akhmad
Umat Islam melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Umat Islam melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Saat persiapan mereka sudah harus menjaga lidah, tidak berkata kotor, menghindari maksiat, dan menjaga keistikamahan niat dengan memperbanyak ibadah sunah.

Haji di Indonesia kadang dikaitkan dengan status sosial. Seorang jamaah haji asal Indonesia kadang harus mengeluarkan materi tak sedikit di luar keperluan ibadah haji sendiri. Mulai dari pamitan haji, pengantaran dan penjemputan, syukuran haji, hingga permasalahan gelar haji yang disandang.

Jika tidak meluruskan niat, jamaah calon haji justru bisa tergelincir. Terlebih, pada saat pelaksanaan, ujian dan godaan semakin berat guna menyandang haji mabrur.

Pengasuh Training iHAQi Ustaz Erick Yusuf mengatakan, niat adalah perkara penting bagi calon haji. Menyiapkan dan menjaga agar niat terus lurus akan membuat pelaksanaan ibadah haji maksimal.

Dalam Alquran surah Albaqarah ayat 197, Allah berfirman, "Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji ….”

Ustaz Erick menegaskan, mereka yang melaksanakan ibadah haji harus membersihkan niat sedari sebelum berangkat. Saat persiapan mereka sudah harus menjaga lidah, tidak berkata kotor, menghindari maksiat, dan menjaga keistiqamahan niat dengan memperbanyak ibadah sunah.

Tak jarang saat mendapatkan kesempatan menjadi tamu Allah, godaan besar akan mengujinya. “Mereka yang belum berangkat biasanya terkadang diuji oleh hal yang lebih menggiurkan, seperti tiba-tiba mendapatkan proyek dengan keuntungan yang besar, padahal pelaksanaan proyek bertepatan dengan keberangkatan haji,” ujar dia.

Bagi calon haji yang baru pertama kali menunaikan ibadah ke Baitullah, ketakutan-ketakutan pun sering membayangi. "Bagaimana nanti saat berangkat, bagaimana di Makkah," ujarnya. Kekhawatiran berlebihan juga akan dialami mereka yang merasa telah banyak melakukan dosa-dosa besar.

Ketika di Tanah Suci pun, ujian tak jua berkurang. Cuaca yang berbeda dengan Tanah Air menjadi hambatan tersendiri. "Cuaca di Arab Saudi saat ini lebih panas. Energi yang dibutuhkan pun lebih besar dari ibadah lain," ungkapnya.

Jutaan manusia dengan latar dan adat-istiadat berbeda juga menjadi ujian tersendiri. Jika niat tidak benar-benar dimantapkan, emosi bisa meledak dan justru mengurangi kekhusyukan ibadah. "Haji bukan ibadah yang mudah."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement