REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
Ada dua poin penting dalam kesiapan menyambut JCH pada Gelombang II. Pertama, bahan evaluasi adalah permasalahan katering. Pelayanan katering yang ditangani dua perusahaan katering lokal, yakni Bawazir dan Mujahid Nabil. Salah satu dari perusahaan ini dinilai belum bekerja 100 persen.
Perusahaan ini terlambat mendatangkan koki (ahli masak) dari Indonesia. Koki asal Indonesia ini belum mendapatkan jadwal penerbangan langsung ke Bandara Jeddah.
"Bahkan, untuk mendatangkan koki ini, perusahaan katering ini terpaksa mengeluarkan biaya sebesar 1.800 dolar AS (PP) atau hampir Rp 20 juta. Itu jumlah besar, sebab biaya normal perjalanan Jakarta-Jeddah PP adalah 1.300 dolar AS hingga 1.500 dolar AS," jelas Kadaker.
Itupun, lanjutnya, belum tentu koki ini mendarat di Bandara Jeddah. Bisa saja, koki ini landing di Bandara Madinah dan melanjutkan perjalanan darat ke Jeddah selama 5-6 jam.
Kendala lain, kata kadaker, koki ini harus mendapatkan kartu masuk bandara yang prosesnya bisa berhari-hari. Namun, kata Kadaker, hal itu sudah menjadi tanggung jawab perusahaan katering setempat.
Kedua, tenaga musiman (Temus). Hingga hari ketujuh masa kerja PPIH Daker Jeddah di Bandara Jeddah, temus dari kalangan mahasiswa belum datang.
Jumlah total temus dari kalangan mahasiswa yang direkrut sebanyak 150 orang dan penempatannya disebar ke Makkah, Madinah dan Jeddah. Mereka merupakan mahasiswa dan atau sudah lulus kuliah namun berkeinginan melanjutkan pendidikan pascasarjana (S2).