Sabtu 13 Sep 2014 14:50 WIB

Jadi Temus, Terpenuhi Segala-segalanya (1)

Suasana Kota Makkah, Arab Saudi saat musim haji tiba.
Foto: Republika/Heri Ruslan/ca
Suasana Kota Makkah, Arab Saudi saat musim haji tiba.

Oleh: Zaky Al Hamzah

Ada 101 alasan yang dikemukakan para mukimin (orang Indonesia yang menetap di Arab Saudi) yang menjadi petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tahun ini.

Lima alasan tertinggi adalah kebahagiaan melayani tamu-tamu Allah SWT, berhaji gratis, mendapat teman baru sesama orang Indonesia, agak rileks (tidak dikejar target pekerjaan bila tak menjadi petugas PPIH), dan alasan paling favorit, yakni honor petugas selama musim haji.

Hal itu pula yang diakui Syukur Madjana Sanan (48 tahun) dan Rokib Saitungen (43). Mereka adalah sebagian kecil dari ratusan petugas PPIH Daerah Kerja (Daker) Jeddah. Sesuai namanya, Syukur selalu bersyukur atas nikmat yang diperolehnya selama ini.

Di usianya yang hampir setengah abad, pria kelahiran Jakarta ini sudah berhaji sebanyak 10 kali, satu kali di antaranya adalah haji badal. Semuanya gratis. Istrinya yang asli Yogyakarta juga sudah berhaji dua kali dan gratis pula.

Anugerah lain, meski berprofesi sebagai sopir, bapak dua anak ini sudah memiliki tabungan sekitar Rp 200 juta. Uang sebanyak itu berasal dari honor sebagai petugas PPIH sejak 2008. Sejak diterima sebagai petugas PPIH pada 2008, Syukur termasuk salah satu mukimin yang selalu lolos sebagai petugas PPIH, yakni sebagai sopir.

Pada 2009 memang tak lolos sebagai petugas reguler, tapi hikmahnya justru bagus, dia direkrut sebagai tenaga sopir tambahan yang mengantarkan anggota DPR dan DPD selama melakukan peninjauan di Makkah, Madinah, dan Jeddah.

"Memang, masa tugasnya hanya 40 hari, beda dengan petugas reguler yang sampai 60 hari hingga 73 hari," tuturnya kepada saya di sela tugas di Bandara International King Abdul Aziz, Jeddah, belum lama ini.

Dia menuturkan, honor petugas reguler sekitar 16 ribu riyal hingga 19 ribu riyal (satu riyal setara Rp 3.000) per musim haji. Pada 2008 dia memperoleh hampir 11 ribu riyal selama masa kerja 76 hari dengan kurs rupiah yang masih kecil.

Kemudian, menjadi 19 ribu riyal pada musim haji 2009. Jumlah itu terbilang besar dibandingkan dengan gaji yang diterima sebagai sopir pribadi di majikannya, yakni 1.500 riyal per bulan.

Dari sekian alasan, Syukur mengaku bahagia bisa melayani ribuan jamaah haji asal Indonesia. Karena, dia pun merasakan kebahagiaan bisa berhaji, apalagi sampai 10 kali. Dia menuturkan, sudah berhaji 10 kali selama menetap 15 tahun menjadi mukimin di Jeddah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement