REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Neni Ridarineni
Muchlis pun mengijinkan dan berpesan agar berhati-hati serta tetap mengenakan ID Card sebagai petugas MCH walau disembunyikan. Sebelum melakukan penyamaran, kami melaksanakan shalat Dzuhur di Masjidil Haram.
Di samping saya sholat, seorang jamaah haji dari Wajo Sulawesi Selatan bercerita usai shalat subuh dia dan temannya ditawari akan dibantu mencium Hajar Aswad oleh dua orang perempuan.
Salah satu perempuan diantaranya mengaku bernama Ayu yang berasal dari Sulawesi Selatan. Namun jamaah haji dari Wajo ini menolak tawaran tersebut.
Usai shalat Dzuhur kami pun langsung menuju Ka'bah untuk berbaur dengan orang-orang sedang melakukan thawaf. Salah seorang rekan jurnalis sebetulnya ingin thawaf tujuh kali. Tapi kami bertiga berniat hanya akan melakukan thawaf sekali.
Apalagi di lantai dasar untuk thawaf yang paling dekat dengan Ka[bah dan Hajar Aswad sudah dipadati lautan manusia yang saling berdesak-desakan.
Kami pun terus mencoba untuk mendekat ke Hajar Aswad. Ketika kami sudah hampir sampai yakni sekitar 1,5 meter dari lokasi Hajar Aswad, tak bisa bergerak maju, karena terlalu penuh orang.
Tiba-tiba ada empat orang mencoba mendekati kami. Kebetulan salah seorang diantara mereka berada persis di samping Santi, Jurnalis Elsinta. Orang tersebut berkata, "Haji, haji!. Mau cium hajar aswad?".
Santi pun Langsung bertanya, "Berapa mencium Hajar Aswad? ". Orang itupun menjawab,"200 SAR." Santi pura-pura bertanya kepada saya yang ada di samping Santi, "Mau tidak 200 real? Saya pun menggeleng.