REPUBLIKA.CO.ID, Suasana saat di Tanah Suci membuat kerinduannya semakin dalam. Sebenarnya, Ahmad Juwaini ingin sekali kembali menunaikan haji. Namun, dia tak sampai hati.
Presiden Direktur Dompet Dhuafa itu berangkat haji pada 2004. Pimpinan Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS) yang berhasil menjadi lembaga pengumpul dana terbesar di Indonesia itu sangat khusyuk kala berada di Tanah Suci.
"Saya melaksanakan ibadah haji pada 2004, itu merupakan pengalaman haji saya yang pertama dan satu-satunya meskipun saya sangat ingin untuk kembali melakukan ibadah haji, namun saya masih enggan untuk merealisasikannya," ujar Juwaini saat ditemui usai launching gerai Dompet Dhuafa di Bintaro, Tangerang Selatan.
Satu-satunya alasan yang membuat Juwaini mengurungkan niat untuk kembali ke Tanah Suci adalah kuota jamaah haji. Pemotongan kuota 20 persen dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi membuat Juwaini berpikir ulang untuk berhaji.
Dia paham betul banyak masyarakat yang belum sempat melaksanakan ibadah haji dan sangat ingin untuk melaksanakannya, namun dengan adanya pembatasan jumlah jamaah, masyarakat harus rela mengantre beberapa tahun untuk dapat melaksanakan ibadah haji.
"Hal itulah yang membuat saya tidak sampai hati jika ingin kembali melaksanakan ibadah haji, lebih baik kesempatan yang saya miliki saya berikan kepada masyarakat lainnya yang mungkin belum sempat melaksanakan ibadah haji," ujarnya.
Maka, tak heran jika ia sempat beberapa kali melakukan ibadah umrah. Dia mengaku tidak ingin mengurangi kesempatan orang lain untuk berhaji. Maka, umrah menjadi ibadah yang tepat untuk mengobati rasa rindu terhadap khusyuknya beribadah di Tanah Suci.
Juwaini menjelaskan, dia berhasil berhaji berkat bermodalkan ketakwaan. Saat itu, dia ingin sekali beribadah haji, namun belum memiliki uang yang cukup. Juwaini lalu mendapat nasihat dari salah satu temannya. Dia mengatakan, jika memang berniat untuk beribadah haji, menabunglah terlebih dahulu.
Setelah itu, mulailah Juwaini menabung sedikit demi sedikit. "Teman saya mengatakan, meskipun uang saya belum mencukupi, jika saya menabung untuk biaya haji, insya Allah secepatnya pasti akan berangkat ke Tanah Suci," ucapnya.
Ia mengatakan, setelah beberapa waktu kemudian, ternyata ada salah satu rekannya yang menawarkan kepadanya untuk beriadah haji gratis. Seketika itu juga, ia teringat akan perkataan teman yang sempat menganjurkan menabung untuk biaya ibadah haji.
"Tabungan saya belum cukup untuk naik haji, namun ternyata Allah mewujudkan cita-cita saya dengan cara lain yang lebih indah. Hal ini membuktikan bahwa uang bukan satu-satunya bekal utama dalam ibadah haji, melainkan niat dan takwa," ucapnya.
Juwaini pun menerima tawaran dari rekannya. Tabungan haji yang telah terkumpul itu pun dia gunakan untuk membiayai ibadah haji istrinya sehingga mereka dapat bersama-sama melaksanakan ibadah haji.