Oleh: Zaky Al Hamzah, Makkah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Hernadi dan Siti Umaya merupakan salah satu dari belasan jamaah haji kloter 71 yang diberangkatkan di jadwal paling akhir. Tujuannya agar jamaah haji yang sakit atau kategori risiko tingg (risti) tersebut tetap tertangani selama di Tanah Air dan baru diberangkatkan menjelang pelaksanaan Wukuf di Arafah atau batas akhir penutupan penerbangan di Bandara Jeddah.
Rata-rata, usia jamaah adalah 70-80-an tahun. Bahkan ada beberapa jamaah yang berusia 90-an tahun. Selain faktor usia, umumnya jamaah haji di kloter ini terdiri dari jamaah yang sebelum keberangkatannya mengalami masalah kesehatan, sehingga harus terlebih dahulu dirawat di rumah sakit (RS). Kemudian, ketika kondisinya semakin membaik atau dianggap cukup untuk berhaji, mereka diberangkatkan pada kloter terakhir dari embarkasinya. Saya mencatat ada 15 jamaah yang mengenakan kursi roda.
Ada pasangan suami-istri dan salah satunya mengenakan kursi roda, serta ada jamaah yang berkursi roda namun ditemani anaknya sebagai pendamping. Ada pula jamaah usia lanjut yang berhaji sendirian tanpa keluarga atau pendamping. Biasanya, jamaah usia lanjut atau risti tersebut dititipkan ke rekan satu rombongan atau ketua rombongannya sendiri agar mudah ditangani.
"Mereka dikumpulkan jadi satu dalam satu kloter. Ini berlangsung tiap tahun, yakni menerbangkan jamaah haji usia lanjut dalam satu kloter di hari-hari terakhir keberangkatan," kata Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja Jeddah, Ahmad Abdullah Yunus.
Salah satu pasangan jamaah haji usia lanjut adalah Sakroni Usman Abdul Karim (91 tahun) dan Istiqomah Ihsan Makruf (84 tahun). Meski di usia yang tidak muda lagi, pasangan ini terlihat saling mengasihi. Walaupun sama-sama duduk di kursi roda, keduanya tidak ingin berjauhan. Sakroni selalu berkata lembut kepada istrinya. Begitu pula istrinya terhadap sang suami. Makan kurma pun mereka bersama-sama.
Berbeda dengan pasangan lansia Samsuri (93) dan Surati, yang sempat menjadi pusat perhatian para jamaah. Samsuri tidak henti-hentinya memarahi sang istri, meski keduanya sama-sama duduk di kursi roda. Meski sudah tua, Samsuri berusaha memaksa istrinya untuk turun dari kursi rodanya. Samsuri memaksa tasnya harus dipegang istrinya, serta tidak boleh dekat-dekat dengan petugas, serta keluhan lain. Namun Surati tampak sabar menghadapi suaminya.
"Pak...pak..., sabar toh pak. Istighfar, ampun Gusti Allah," kata Surati, berulang kali mengingatkan suaminya.
Upaya dokter Rahmat dari Klinik Oktagon Bandara menenangkan Samsuri dengan memijiti pundaknya tidak membuahkan hasil. Samsuri tetap saja marah-marah sampai akhirnya ia dibawa ke Klinik Oktagon untuk mendapatkan suntikan penenang.
Kloter ini disebut Kloter Sapu Jagad karena terdiri dari gabungan kloter-kloter, yang sebagian besar merupakan jamaah haji risti atau sakit. Kloter 71 Embarkasi Solo itu memiliki jamaah sebanyak 316 orang. Jamaah ini merupakan gabungan dengan 63 jamaah haji dari Kloter 16 Embarkasi Medan. Mereka diterbangkan dari Embarkasi Solo dengan pesawat GA 6019 pada pukul 07.15 WIB, Ahad (28/9), menuju Bandara Kualanamu Medan.
Setelah transit sejenak di Medan, kloter gabungan pertama ini diterbangkan dari Bandara Kualanamu menuju Jeddah pada 11.35 WIB. Meski diterbangkan dari Embarkasi Solo, jamah calon haji ini berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Semarang, Solo, Purworejo, Pemalang, dan sebagainya. Suwitno, Sukamto dan mArdi Yatmi, merupakan tiga jamaah haji yang sakit. Ketiganya mengaku kalau merupakan Kloter 66, namun baru diberangkatkan bersama jamah Kloter 71.
Selain membingungkan petugas PPIH, jamaah usia lanjut dan sakit di Kloter Sapu Jagad ini membuat bingung kalangan pekerja angkut yang umumnya berasal dari Mesir, Yaman dan India. Para pekerja ini kebingungan menempatkan belasan kursi roda, karena jamaah haji risti diberangkatkan di satu bus kapasitas 44-45 orang. Tak hilang akal, pekerja ini menaruh belasan kursi roda di atap mobil yang harusnya untuk tas tenteng. Karena keterbatasn tempat, tas tenteng jamaah terpaksa ditaruh di dalam bus bersama dengan pemiliknya. Butuh banyak kesabaran dan akal melayani jamaah dari Kloter Sapu Jagad ini. n zaky al hamzah