Rabu 01 Oct 2014 14:50 WIB

30 Persen Dokter di Arafah Komit tak Berhaji

Tim dokter haji Indonesia sedang merawat jamaah yang sakit.
Foto: Heri Ruslan/Republika
Tim dokter haji Indonesia sedang merawat jamaah yang sakit.

Oleh: Zaky Al Hamzah, Makkah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pelaksanaan Wukuf di Padang Arafah sebagai puncak rangkaian ibadah haji pada Jumat 3 Oktober waktu setempat, tinggal dua hari. Jutaan jamaah haji akan memadati Padang arafah pada H-1 atau waktu pagi hari H. Tim Kesehatan Arafah dari Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) menekankan akan bertindak cepat saat menangani, merawat dan melayani 155.200 jamaah haji reguler Indonesia di puluhan tenda maktab di Padang Arafah.

Ratusan ribu jamaah haji tersebut akan ditangani Tim Kesehatan Arofah yang terdiri 35 dokter dan dua dokter ahli jantung. Mereka akan dibantu 11 temus serta supir dan 20 orang dari Tim TETA atau tenaga evakuasi tanpa alat. Serta didukung dokter-dokter dari Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Kelompok Penerbangan (Kloter) di masing-masing kloter.

Tim Kesehatan Arafah ini didukung dua mobil ambulans dan satu mobil ambulans cadangan yang stand by setiap waktu untuk dibutuhkan. Didukung pula 13 petugas Sanitasi Surveilans (Sansur) yang terbagi dalam empat Sansur. Dukungan juga dari enam petugas perbekalan kesehatan (Perbekes).

"Petugas Perbekes akan menambah buffer sekitar 40 persen dari kebutuhan obat-obatan. Jika kebutuhan obat 100, maka tim ini akan menyediakan sekitar 140," papar Lucky yang sudah 10 tahun ditugaskan menjadi dokter selama pelaksanaan haji, baik sebagai dokter kloter maupun Tim Kesehatan di PPIH.

Sebanyak 155.200 jamaah haji reguler tersebut diberangkatkan ke Tanah Suci dengan 371 kloter. "Dari 35 dokter di Tim Kesehatan Arafah tersebut. sekitar 30-40 persen dokter tidak berhaji, karena sudah berhaji tahun sebelumnya," papar Ketua Tim Kesehatan Haji Arafah Daker Jeddah 2014, dr Lucky Tjahyono kepada Media Center Haji (MCH) di Makkah, Selasa (30/9) siang waktu arab saudi (WAS).

Dengan tidak berhajinya sekitar 30-40 dokter tersebut, ia menekankan, maka penanganan pengobatan terhadap jamaah haji akan semakin optimal dan prima. "Karena yang ditangani banyak jamaah," paparnya.

Sebanyak 30-40 persen dari 35 dokter inti Tim Kesehatan Arofah tersebut merupakan bagian dari 150 dokter yang menyatakan komitmennya tidak menjalani rangkain haji selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina). Total jumlah dokter yang bertugas menangani dan merawat 155.200 orang jamaah haji Indonesia pada musim haji tahun ini adalah 400 orang dokter.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes yang juga Kepala Bidang Kesehatan Haji Indonesia (BPHI), Fidiansjah menyatakan mereka sudah menandatangani kontrak tidak berhaji, karena sudah berhaji di tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu, jumlah dokter yang tidak berhaji saat menjalankan tugas melayani jamaah haji adalah sebanyak empat orang. Artinya, jumlah dokter yang tak berhaji meski di Arafah mengalami lonjakan drastis dibandingkan tahun lalu.

"Tahun lalu hanya empat termasuk saya," ujar Fidiandjah, beberapa waktu lalu.

Secara keseluruhan, Tim Kesehatan PPIH Indonesia di Arab Saudi menyiapkan perangkat untuk penanganan pengobatan bagi 155.200 jamaah haji Indonesia. Yakni, klinik kesehatan di tiap-tiap tenda maktab, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Satelit, BPHI utama atau pusat di dekat Maktab 8, 9, 20 dan 21 atau dari ring road menuju arah ke Taraduddy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement