Oleh: Neni Ridarineni
Sebelum berangkat, Neneng sudah bertanya kepada kakak kelasnya di Mesir yang pernah menjadi petugas PPIH.
"Mahasiswa Indonesia di Mesir setiap tahun selalu mendapat giliran menjadi petugas PPIH dan kebetulan kakak kelas saya juga ditugaskan sebagai Piju. Sehingga, saya sudah mendapat gambaran tugas yang akan saya kerjakan,” ujarnya.
Dengan berbekal ilmu agama, Neneng bersama empat mahasiswa lainnya (tiga dari Mesir dan seorang dari Sudan) menjadi petugas Piju.
Mereka bertugas untuk mengurus ibadah sehari-hari para pasien usia lanjut di BPHI, termasuk shalat lima waktu dan mencari atau mengecek siapa saja pasien yang belum melaksanakan umrah wajib.
Naser, mahasiswa Indonesia di Sudan yang juga ditugaskan sebagai Piju mempunyai pengalaman yang berbeda dengan Neneng. Kebetulan dia bertugas menangani jamaah haji lanjut usia dengan keluhan demensia (kepikunan).
"Saya punya pengalaman baru, ternyata orang tua yang sudah lanjut usia itu punya dunia yang berbeda. Sifatnya kembali ke anak-anak lagi. Saya agak kaget ketika pertama kali bertemu dengan Pak Munir, jamaah haji lansia yang menderita demensia,” ungkap dia.
Di samping pasien demensia, Naser juga menangani jamaah haji yang lebih muda yang mengalami gangguan jiwa.
"Kalau masih muda, biasanya histeria. Mungkin, saat dia datang ke Arab Saudi belum siap mentalnya, menghadapi cuaca yang berbeda dengan di Indonesia, budaya, dan lingkungannya pun berbeda,'' ujarnya.
Perilaku pasien yang lebih muda bermacam-macam, kata Naser. Menurutnya, ada pasien gangguan jiwa yang perilakunya hanya diam saja, matanya dalam keadaan kosong, dan ada juga yang berteriak-teriak dan cenderung berontak.
Dengan berbagai perilaku gangguan jiwa dari jamaah, BPHI pun mempersiapkan ruang khusus untuk pasien yang mengalami demensia maupun gangguan jiwa.