Sabtu 11 Oct 2014 19:52 WIB

Pemerintah Arab Saudi Prihatin dengan Jamaah Haji Indonesia

Jamaah haji lansia.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Jamaah haji lansia.

Oleh: Zaky Al Hamzah

JEDDAH – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah jamaah haji Indonesia yang merusia lanjut atau kategori berisiko tinggi (risti).

Di samping berpotensi membahayakan kesehatan jamaah haji lainnya, jaamah haji berisiko tinggi, usia lanjut atau jamaah yang memiliki penyakit kronis ini dapat menyebabkan fasilitas-fasilitas kesehatan di kedua kota suci, Makkah dan Madinah, menjadi penuh.

Keprihatinan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tersebut tertuang dalam dalam berita di Arab News yang menurunkan berita berjudul "Sick Pilgrims coming with wish to dia in KSA criticized".

Dalam berita tersebut disebutkan, bila Deputi Menteri Kesehatan Urusan Kesehatan Preventif Abdallah Al-Asiri mengatakan, haji adalah wajib bagi umat Islam yang mampu baik secara fisik maupun finansial. Namun, banyak di antaranya yang mengabaikan ketentuan tersebut.

"Banyak umat Islam di berbagai belahan dunia yang percaya bahwa kematian selama berhaji atau kematian di kedua kota suci akan memberikan mereka tempat di surga," kata Al-Asiri. “Sehingga, di antara mereka yang menyembunyikan masalah kesehatannya saat tiba di Tanah Suci dan tetap bertekad untuk menjalankan ibadah haji.”

Hal ini, menurutnya, adalah kebohongan karena Islam tidak mengizinkan siapa pun yang dengan sengaja memposisikan dirinya dalam situasi berbahaya. Menurut Al-Asiri, adanya kesalahpahaman bahwa kematian di kedua kota suci akan mendapatkan jaminan masuk surga merupakan salah satu sebab dari meningkatnya jumlah jamaah haji lansia berpenyakit kronis.

Untuk itu, pihaknya mendesak para ulama di berbagai negara untuk menjelaskan ajaran Islam yang dengan jelas telah menentukan syarat kemampuan fisik bagi jamaah haji.

Sebelumnya, Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Abidinsyah Siregar juga mengaku khawatir dengan banyaknya jamaah haji Indonesia yang masuk kategori risti. "Catatan kami, jumlah jamaah haji yang risti mencapai 60 persen," katanya kepada Media Center Haji (MCH).

Banyak jamaah haji terkena heat stroke bahkan empat meninggal selama Wukuf di Arafah, karena kepanasan dan kurang minum. Sehingga pos kesehatan di Arafah kebanjiran jamaah yang sakit di akhir wukuf, Jumat (3/10) sore waktu arab saudi (WAS).

"Cuaca panas 43 derajat Celcius. Lima jam setelah wukuf ada 67 jamaah yang masuk ke pos kesehatan. Semua kekurangan cairan," kata Abidinsyah.

Pada Sabtu (4/10) hingga pukul 19.13 WIB, atau satu hari setelah wukuf, jamaah haji Indonesia yang meninggal melonjak menjadi 96 orang dari sebelumnya Kamis (satu hari sebelum wukuf sebanyak 77 orang).

Dengan demikian, dalam dua hari (Jumat-Sabtu, 3-4 Oktober 2014) terdapat 19 orang yang meninggal. Tidak disebutkan di mana saja jamaah meninggal dalam dua hari terakhir (apakah di Arafah, di Mina atau di Makkah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement