Oleh: Zaky Al Hamzah, Makkah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Itu salah satu pesan terakhir yang dibuat sahabat baruku, Lukmanul Hakim Yakub, pada Pukul 02.50 dini hari waktu arab saudi (WAS), Sabtu (11/10) di sebuah media sosial (FB, red). Ya, saya baru mengenal Lukmanul secara akrab saat pelaksanaan rangkaian puncak ibadah haji dari Wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan mabit serta lontar jumrah di Mina (Armina). Dia adalah driver mobil operasional wartawan Media Center Haji (MCH) Madinah.
Sedangkan, saya bertugas meliput pelaksanaan haji bersama Tim MCH Jeddah. Sehingga, interaksi saya secara personal dengan Lukmanul, sangat jarang sekali. Pertemuan pertama kami adalah pekan kedua September 2014 di Kantor Teknis Urusan Haji (TUH), Jeddah.
Saat itu, saya belum mengenal sosok Lukmanul secara akrab, hanya tahu kalau dia adalah driver mobil teman-teman Tim MCH Madinah. Setelah pertemuan itu, dia dan Tim MCH Madinah kembali ke Madinah, untuk melanjutkan tugas peliputan. Saya pun disibukkan meliput aktivitas jamaah haji di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Kantor TUH maupun sekitar Kota Jeddah.
Dua pekan lebih kami tak bersua. Hingga kemudian, saya dan Tim MCH Jeddah mulai ditugaskan ke Makkah untuk persiapan peliputan rangkaian puncak ibadah haji di Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina). Tepatnya, pada Senin (29/9) sore, saya bertemu kembali dengan Lukmanul di kamar 506, tempat menetap sementara teman-teman wartawan MCH Madinah. Tim MCH Jeddah dan Tim MCH Madinah berada satu hotel, Hotel Manasik Mina, Makkah.
Sore itu juga, saya utarakan ingin shalat berjamaah di Masjidil Haram. Lukmanul mengiyakan mau mengantar saya, karena kebetulan dia hendak ke rumahnya di Makkah yang satu arah dengan tujuan ke Masjidil Haram. Saya diantar ba'da Maghrib, namun karena beberapa jalur menuju Masjidil Haram sudah dialihkan menjelang ibadah Wukuf di Arafah, pada Jumat (3/10), maka mobil yang disupiri Lukmanul ini tak bisa melanjutkan masuk Terowongan Aziziah --agar lebih dekat ke ekskalator menuju pelataran Masjidil Haram.
Mobil yang kami naiki berdua sempat digebrak sama salah satu askar, agar mobil memutar balik ke arah dalam Kota Makkah. Kisah Lukmanul mengantarkan saya jalur dekat depan terowongan tersebut, saya tuangkan dalam tulisan 'Kabar dari Tanah Suci' berjudul "Bahagia Bisa Shalat Berjamaah di Masjidil Haram". Beberapa jam sebelum keberangkatan ke Padang Arafah, Kamis (2/10) malam, sosok kelahiran Madura, Jawa Timur ini juga terlihat 'sangat sibuk' memastikan kondisi semua wartawan dari tiga MCH dalam keadaan siap bertugas beribadah dan bertugas di Arafah.
Ketika semua wartawan --sebanyak 20 orang dari 16 media--, sudah duduk di kursi di dalam bus mini yang mengantarkan ke Arafah malam itu, Lukmanul mengambil posisi di kursi dekat pintu samping bus. Dia memastikan semua rekan-rekan wartawan dalam keadaan siap. Alhamdulillah, perjalanan ke Arafah lancar dan semua wartawan tiba di tenda maktab di Arafah.