Ahad 02 Nov 2014 14:18 WIB

Madinah Sambut Musim Dingin

Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Tommy Tamtomo/ca
Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.

Oleh: Zaky Al Hamzah, Madinah, Arab Saudi

 

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Ribuan jamaah haji reguler Indonesia gelombang dua masih menjalani shalat arbain (shalat 40 waktu berurutan) di Kota Madinah. Sebagian dari mereka kemungkinan kaget bila suhu Madinah di pagi hari mulai dingin. Hal itu dikarenakan tidak lama lagi Kota Madinah dan kotta-kota di Tanah Suci akan memasuki musim dingin.

Data yang dihimpun Media Center Haji (MCH) Madinah menunjukkan pada akhir Agustus lalu, suhu tertinggi di Madinah mencapai 45 derajat celcius. Bahkan suhu terekstrim selama Agustus sempat mencapai 55 derajat celcius. Hal itu terdeteksi saat kali pertama petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Madinah tiba di Kota Nabi tersebut.

Saat itu atau selama Agustus, suhu udara pada saat menjelang Shalat Shubuh saja terasa hangat. Sedangkan ketika di waktu siang hari, suhu udara di Madinah sangat panas. Pipi petugas langsung memerah jika keluar ruangan ber-AC. "Namun, kini sebaliknya, suhu di Madinah semakin bersahabat, bahkan semakin dingin," ujar salah satu wartawan MCH Madinah,

Elvan Dany Sutrisno.

Berdasarkan data Sistem Komputerasi Haji Terpadu (Siskohat) sekitar pukul 11.35 waktu arab saudi (WAS) Sabtu (1/11/2014),  menunjukkan, suhu udara sekitar 23 derajat celcius. Suhu itu dinilai cukup sejuk, meskipun sinar matahari bersinar terang tanpa tertutup awan. Suhu terendah di Madinah mencapai 17 derajat celcius dan terjadi pada malam hari hingga pagi hari. Kemudian suhu maksimum saat ini di Madinah hanya 31 derajat celcius.

Sama dengan Indonesia, Saudi Arabia juga memiliki dua musim yaitu musim panas dan dingin. Pada musim panas yang dimulai Maret hingga Agustus, panas matahari sangat menyengat. Konjen KJRI Jeddah, Dharmakirty Syailendra Putra mengatakan, biasanya pada bulan Agustus, masyarakat Arab Saudi akan berlibur. "Aktivitas perkantoran, termasuk Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi dan atase-atase libur. Makanya, saat peringatan HUT RI, kita tidak bisa menggelar pada bulan Agustus, karena tamu-tamu pasti libur di bulan Agustus," tutur Dharmakirty.

Sementara itu, musim dingin berlangsung antara bulan Desember sampai Februari. "Suhunya sangat dingin, konon suhunya bisa lebih rendah dari tujuh derajat celcius," tutur petugas PPIH Daker Madinah kepada MCH Madinah.

Masa transisi musim panas ke musim dingin ini mulai terasa, terutama saat bersiap Shalat Shubuh ke Masjid Nabawi sekitar pukul 04.00 WAS, suhu udara sangat dingin sehingga mulai banyak jamaah yang mengenakan jaket ketika menuj Masjid Nabawi. Menjelang pagi, saat sinar matahari mulai menyinari Kota Madinah, kecepatan angin yang berhembus terasa lebih sejuk, meskipun sengatan sinar matahari tetap silau karena tak tertutup awan. Dalam kondisi cuaca normal, langit Madinah memang tak seperti langit Kota Jakarta, ibu kota Indonesia. Langit di Jakarta kerap tertutup awan sehingga terkadang mendung pada waktu siang hari.

Sementara itu, pantauan MCH Madinah, suasana Masjid Nabawi dan pusat perbelanjaan di sekitarnya tetap ramai sejak sore hari, terutama ba'da Shalat Ashar pada Jumat dan Sabtu atau akhir pekan. Di saat itu, suhu di sekitar Masjid Nabawi sangat bersahabat, sehingga kerap menjadi tujuan wisata keluarga masyarakat Kota Madinah. Masjid Nabawi bagaikan taman keluarga dan arena bermain anak-anak yang berlarian.

Menurut keterangan warga setempat, biasanya musim dingin di Kota Madinah ditandai dengan turunnya hujan. Hujan memang pernah turun di Tanah Suci yakni di Kota Makkah Almukaromah dan di Padang Arafah, saat menjelang puncak haji 3 Oktober 2014. Namun, Kota Madinah hingga akhir Oktober 2014 kemarin belum diguyur hujan yang cukup lebat. Akan tetapi, warga sekitar dianjurkan menyiapkan payung sebelum hujan.

"Siapkan jaket tebal supaya kondisi fisik tetap terjaga," tutur mukimin di Madinah kepada MCH Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement