Selasa 04 Nov 2014 07:06 WIB

Sejarah Penetapan Kiblat (2-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: AP Photo/Khalid Mohammed/ca
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Bara’ bin Azib berkata, “Aku melaksanakan shalat bersama Nabi SAW sambil menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan, hingga kemudian turunlah ayat yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 144, “Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”

Ayat itu turun setelah Nabi SAW selesai melaksanakan shalat. Dari sejumlah orang yang shalat berjamaah dengan Nabi SAW, ada seseorang yang pergi dan melewati sekelompok kaum Anshar yang sedang melaksanakan shalat. Dia lalu bercerita kepada mereka, kemudian mereka pun memalingkan muka mereka ke arah Baitullah. (HR. Muslim).

Ibnu Umar berkata, “Ketika orang-orang Quba tengah melangsungkan shalat Subuh, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan berkata, ‘Sesungguhnya malam ini Rasulullah SAW telah mendapatkan wahyu, dan beliau disuruh menghadap ke arah Ka’bah. Oleh karena itu, kalian menghadaplah ke arah Ka’bah.’ Sebelumnya, mereka menghadap ke arah Syam, tetapi kemudian mereka berputar ke arah Ka’bah.” (HR. Muslim).

Anas menceritakan bahwa Rasulullah SAW semula melangsungkan shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.” (QS. Al-Baqarah: 144).

Kemudian seseorang melewati orang-orang Bani Salamah yang sedang melaksanakan shalat Fajar (Subuh). Mereka telah menyelesaikan satu rakaat dan dalam keadaan rukuk. Orang yang lewat itu kemudian berseru, “Ketahuilah bahwa kiblat telah dialihkan. Maka mereka pun—dalam posisi semula—berbelok ke arah kiblat.” (HR. Muslim).

Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Baitullah adalah kiblat, dan kiblat Baitullah adalah pintu ini, rukun, dan maqam (Ibrahim). (Lihat Al-Fakihy, vol. I, hlm. 184).

Abdullah bin Umar RA mengatakan bahwa arah kiblat adalah mizab (pancuran air) Ka’bah. (Lihat Al-Fakihy, vol. I, hlm. 185).

Nafi’ dan Ibnu Umar RA juga berkata, “Tiada satu kiblat pun di antara timur dan barat, selain Baitullah.” (Lihat Al-Fakihy, vol. I, him. 186).

sumber : Keutamaan Kota Makkah oleh Atiq bin Ghaits Al-Biladi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement