REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
Fidiansjah juga mengusulkan agar jamaah haji mendapatkan materi manasik kesehatan. Manasik kesehatan dibutuhkan sejak awal agar jamaah haji memiliki kesiapan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya sebelum hari H pemberangkatan ke Arab Saudi untuk menjalani rangkaian ibadah haji.
Dia mencontohkan seorang siswa harus mengikuti tahapan pendidikan dari SD, SMP dan SMA sebelum menapaki jenjang perguruan tinggi (PT).
"Untuk sekolah saja dibutuhkan proses pendidikan yang lama, apalagi ini menjadi tamu-tamu Allah, sehingga diperlukan proses yang panjang," tuturnya.
Apalagi, kata Fidiansjah, nama-nama calon jamaah haji tahun depan sudah ada kepastian siapa yang akan berangkat, karena berdasarkan nomor urut. Sehingga, Kemenag bisa memastikan nama-nama calon jamaah haji yang dipastikan berangkat pada musim haji tahun depan.
Dengan demikian calon jamaah tersebut akan dikontrol secara rutin dari petugas kesehatan di Puskesmas setempat.
Di samping kesehatan jamaah dikontrol petugas kesehatan, calon jamaah akan menjaga pola makan dan kesehatan dirinya sendiri supaya memiliki stamina yang prima dan bugar hingga pelaksanaan hari H rangkaian ibadah haji.
Di sisi lain, tambah dia, petugas kesehatan harus memiliki sertifikat agar menyeleksi calon jamaah haji secara serius.
"Petugas kesehatan dari Puskesmas ini harus teruji dan memiliki sertifikat, agar tak sembarangan meloloskan calon jamaah haji yang berisiko tinggi atau memiliki penyakit akut,'' ujarnya.
Ia menambahkan, ''Jangan sampai, petugas kesehatan ini meloloskan jamaah yang berisiko tinggi ke Tanah Suci, namun saat tiba di Tanah Suci, penyakit jamaah ini malah parah dan dilarang pulang ke Indonesia," tuturnya.
Dia mencontohkan puluhan jamaah haji yang terpaksa dirawat di RS Internasional Arab Saudi di Madinah dan Makkah karena harus menjalani rawat inap dan dilarang pulang ke Indonesia sebelum dipastikan sehat.